Suasana di luar stadion sebelum pertandingan antara AC Milan melawan Genoa dimulai di ruang tertutup untuk penonton saat jumlah kasus positif COVID-19 semakin meningkat di San Siro, Milan, Italia, pada 8 Maret 2020. ANTARA FOTO/REUTERS/Daniele Mascolo
Italia sekarang menjadi negara paling banyak melaporkan kasus COVID-19 yaitu hampir 12.500 pasien. Sebanyak 827 orang sudah dinyatakan meninggal. Italia awalnya dituding terlambat merespons penyebaran COVID-19, setelah pasien pertama di kawasan Lombardy gagal dideteksi meski telah memeriksakan diri ke rumah sakit.
Begitu angkanya melonjak, Perdana Menteri Giuseppe Conte langsung mengambil beberapa langkah. Misalnya, sejumlah kota di Lombardy ditutup. Warga pun dilarang keluar rumah tanpa kepentingan mendesak, karena virus akhirnya meluas, Conte pun meningkatkan level respons.
Lockdown atau penutupan diperluas ke seluruh negeri di mana ada 60 juta penduduk yang terdampak. "Tidak ada waktu lagi," kata Conte saat mengumumkan pemberlakuan kebijakan ini pada Senin (9/3). Sejak hampir akhir Februari, ada lebih dari 42.000 warga yang melakukan tes COVID-19. Pemerintah menilai tingginya kasus virus corona di Italia bisa diketahui karena tes tersebut.
Kini Roma semakin mengetatkan aturan, mulai dari pelarangan acara perkumpulan publik, keharusan menutup bar, restoran, tempat hiburan, sampai kewajiban menggelar pertandingan sepak bola tanpa penonton selama satu bulan. Perusahaan-perusahaan juga diwajibkan menutup sementara semua departemen yang tidak bersifat vital.
Untuk meminimalkan dampak perekonomian, Conte mengajukan anggaran Rp410 triliun. Akibatnya, defisit anggaran Italia diprediksi meningkat di atas tiga persen. Survei publik yang dikutip Reuters menemukan 89 persen warga mendukung aturan pemerintah, bahkan 78 persen mengaku tak masalah jika ada kebijakan yang lebih ketat.