Ilustrasi gereja Katolik. (Unsplash.com/Virgil Cayasa)
Gerakan ini didirikan Figari pada 1971 sebagai tanggapan konservatif terhadap teologi pembebasan di Amerika Latin. Pada puncaknya, kelompok ini memiliki sekitar 20 ribu anggota di seluruh Amerika Selatan dan Amerika Serikat.
Para korban pelanggaran Figari mengadu ke keuskupan agung Lima pada 2011, meskipun tuduhan lain terhadapnya sudah ada sejak 2000. Namun, gereja setempat maupun Takhta Suci tidak mengambil tindakan konkret hingga salah satu korban, Pedro Salinas dan jurnalis Paola Ugaz, menulis buku yang merinci praktik-praktik menyimpang gerakan itu pada 2015.
SCV kemudian memerintahkan investigasi dari pihak luar, yang hasilnya menetapkan Figari adalah narsis, paranoid, merendahkan, vulgar, pendendam, manipulatif, rasis, seksis, elitis dan terobsesi dengan masalah seksual dan orientasi seksual gerakan itu.
Investigasi itu menemukan Figari menyodomi para rekrutannya dan memaksa mereka membelainya dan satu sama lain. Laporan itu menyampaikan ia suka melihat mereka mengalami rasa sakit, ketidaknyamanan, dan ketakutan, dan mempermalukan mereka di depan orang lain untuk meningkatkan kendalinya atas mereka.
Namun, Takhta Suci menolak untuk mengeluarkan Figari dari gerakan tersebut pada 2017, dan hanya memerintahkannya untuk hidup terpisah dari komunitas di Roma dan menghentikan semua kontak dengannya. Para korban marah besar atas keputusan itu.
Vatikan terikat oleh hukum kanonik yang tidak memperkirakan hukuman seperti itu bagi para pendiri komunitas agama yang bukan pendeta.