Perwakilan Uni Afrika, Mohamed Ibn Chambas, menyerukan hal serupa dengan PBB. Ia menyebut konflik Sudan sebagai krisis skala epik. Menurutnya, dunia harus memikirkan ulang cara untuk mendukung rakyat Sudan di tengah kekejaman yang terus terjadi terhadap warga sipil tanpa tanda-tanda akan berakhir.
Chambas mengatakan, perang telah menghancurkan kemajuan Sudan hingga beberapa dekade. Sudan dinilai akan membutuhkan waktu lebih dari satu generasi untuk membangun kembali ke kondisi sebelum perang pecah.
Di sisi lain, kondisi kemanusiaan di Sudan semakin memburuk. Saat ini, sekitar 18 juta orang terancam kelaparan akut. Edem Wosornu dari OCHA PBB memperingatkan bahwa angka tersebut dapat melonjak tajam seiring mendekatnya musim paceklik.
"Pihak-pihak yang bertikai harus segera mengambil langkah untuk memfasilitasi bantuan kemanusiaan bagi semua warga sipil yang membutuhkan, sesuai dengan kewajiban hukum humaniter internasional," tegas Wosornu.
Ia menyerukan perubahan mendasar dalam cara dunia mendukung Sudan, seperti peningkatan perlindungan pekerja kemanusiaan, penambahan dana bantuan, dan peningkatan upaya internasional untuk menghentikan perang. Wosornu menegaskan bahwa rakyat Sudan tidak bisa menunggu lebih lama lagi, karena setiap hari yang berlalu semakin mengancam nyawa mereka.