Penyaluran bantuan pangan di Sudan Selatan. Sumber:twitter.com/WFP South Sudan
Melansir dari Associated Press, David Beasley, direktur eksekutif World Food Program (WFP) telah memperingatkan Dewan Keamanan PBB setahun yang lalu bahwa COVID-19 dapat meningkatkan jumlah dari 135 juta orang menjadi 270 juta orang menghadapi krisis kelaparan. Apa yang dikhawatirkan Beasley tampaknya mulai terjadi di 2021, yang saat ini ekonomi dunia masih terpuruk akibat pandemik.
Kelaparan telah menimpa berbagai negara dan Sekjen PBB Antonio Guterres memperingatkan bahwa tanpa penanganan segera kelaparan akan terus meningkat terutama di wilayah seluruh Sahel dan Tanduk Afrika, dan meningkat pesat di Sudan Selatan, Yaman dan Afghanistan. Di beberapa wilayah Yaman, Sudan Selatan dan Burkina Faso juga telah mengalami kelaparan dan diperkirakan ada lebih dari 150.000 orang berisiko mengalami kelaparan.
Guterres menyampaikan bahwa ada lebih dari 34 juta orang yang sudah menghadapi tingkat darurat kerawanan pangan akut dan diperlukan 5,5 miliar dolar AS atau setara dengan Rp78,7 triliun untuk mengatasi masalah tersebut. Guterres mengumumkan bahwa dia akan membentuk Satuan Tugas Tingkat Tinggi demi Mencegah Kelaparan, yang akan dipimpin oleh kepala kemanusiaan PBB Mark Lowcock.
Gabriela Bucher, direktur eksekutif organisasi bantuan yang berbasis di Inggris, Oxfam International, mengatakan kepada dewan tentang kegagalan mengatasi kelaparan sebelum krisis COVID-19 “dan ketidaksetaraan yang merajalela serta perubahan iklim yang begitu sering memicu konflik, telah membuat kita berebut untuk menghindari kelaparan di seluruh dunia."
“Mari kita perjelas: kelaparan adalah gejala dari masalah yang lebih dalam. Krisis kelaparan yang berkembang sedang terjadi di dunia di mana delapan perusahaan makanan dan minuman terbesar membayar lebih dari 18 miliar dolar AS (Rp257,7 triliun) kepada pemegang saham tahun lalu. Dividen itu saja sudah lebih dari tiga kali lipat dari yang kita minta bantuan hari ini untuk mencegah bencana. Tidak ada kekurangan makanan, yang ada kekurangan kesetaraan," kata Bucher.