Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Seorang anak yang mengungsi dari provinsi bagian selatan, yang meninggalkan rumah akibat peperangan antara Taliban dengan aparat keamanan Afghanistan, tidur di taman umum yang digunakan sebagai penampungan di Kabul, Afghanistan, Selasa (10/8/2021). ANTARA FOTO/REUTERS/Stringer/FOC.

Jakarta, IDN Times - Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menggelar pertemuan pada Senin (13/9/2021) membahas tentang bantuan kemanusiaan untuk Afghanistan. Pada pertemuan itu, PBB menyampaikan bahwa mereka membutuhkan sedikitnya 600 juta dolar AS (sekitar Rp8,5 triliun) untuk mencegah krisis kemanusiaan berlanjut di negara yang kini dikuasai Taliban.

Bahkan, sebelum Taliban menguasai Kabul pada pertengahan Agustus, setengah dari populasi Afghanistan atau sekitar 18 juta orang menggantungkan hidupnya pada bantuan kemanusiaan. Selain karena bencana kekeringan panjang, pandemik COVID-19 dan ketidakstabilan domestik pun memperburuk situasi kemanusiaan.

1. PBB juga sedang alami krisis finansial

Wikimedia.org/U.S. Mission Photo by Eric Bridiers

Pejabat PBB dan beberapa kelompok pegiat kemanusiaan memprediksi, jumlah orang yang membutuhkan bantuan kemanusiaan akan bertambah. Itu terjadi karena banyak negara donor memutus bantuan untuk Taliban, mengingat mereka meragukan komitmen kelompok tersebut terhadap hak asasi manusia.

Alhasil, aset keuangan Afghanistan di luar negeri yang senilai 10 milliar dolar AS (Rp142 triliun) tidak dapat digunakan.

Situasi ini diperburuk oleh krisis finansial yang sedang dialami PBB.

"Saat ini PBB bahkan tidak mampu membayar gaji karyawannya sendiri," kata Sekjen PBB Antonio Guterres pada Jumat (10/9/2021).

2. Konferensi Jenewa akan dihadiri pejabat dari berbagai negara

Editorial Team

Tonton lebih seru di