Pemberian bantuan pangan kepada warga Tigray.sumber:twitter.com/UN Humanitarian
Melansir dari VOA News, selain krisis pelecehan seksual di Tigray kelaparan juga menjadi masalah yang masih terus terjadi. Lowcock memberitahu bahwa pada minggu ini ada empat orang yang meninggal karena kelaparan, dia juga menyampaikan ada 150 orang yang meninggal karena kelaparan di Ofla woreda, wilayah di selatan Mekelle. karena situasi tersebut Lowcock mengatakan kepada anggota dewan. "Ini seharusnya membuat kita semua waspada. Itu adalah tanda dari apa yang akan terjadi jika lebih banyak tindakan tidak diambil. Kelaparan sebagai senjata"
Lowcock mengatakan bahwa hingga akhir Maret, menurut data dari Biro Tenaga Kerja dan Urusan Sosial Ethiopia memperkirakan 1,7 juta orang di Tigray telah mengungsi dari rumah mereka. Pejabat PBB itu juga menyampaikan bahwa saat ini para pekerja bantuan mengalami kesulitan untuk menjangkau mereka yang membutuhkan dan rentan, karena "sebagian besar" Tigray sepenuhnya atau sebagian tidak dapat diakses oleh pekerja bantuan, baik karena perkelahian atau penolakan akses.
Konflik yang meletus di Tigray dimulai sekitar musim panen, yang diikuti oleh serangan belalang yang yang menggangu panen. Kerawanan pangan meningkat, dan pasokan pangan musim depan juga terancam, bila pertempuran tidak berhenti tepat waktu bagi petani untuk menanam.
PBB memperkirakan setidaknya ada 4,5 juta dari hampir 6 juta penduduk Tigray yang membutuhkan bantuan kemanusiaan. Pemerintah Ethiopia telah menempatkan angka tersebut lebih tinggi, pada 91 persen dari populasi. Terlepas dari rintangan dan bahaya, jumlah kemanusiaan telah mampu menjangkau lebih dari 1,7 juta orang dengan beberapa berupa bantuan darurat. Minggu depan, PBB akan meminta dana 1,5 miliar dolar AS (Rp21 triliun) untuk membantu 16 juta orang di Ethiopia tahun ini.