Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi truk bantuan ke Gaza (twitter.com/@UNRWA)
ilustrasi truk bantuan ke Gaza (twitter.com/@UNRWA)

Jakarta, IDN Times - Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Rabu (29/5/2024) mengatakan bahwa jumlah bantuan kemanusiaan yang masuk ke Gaza telah menurun sebesar 67 persen sejak Israel memulai operasi militernya di Rafah bulan ini.

“Jumlah makanan dan bantuan lain yang masuk ke Gaza, yang sudah tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan yang melonjak, semakin menyusut sejak 7 Mei,” kata Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) PBB.

Badan tersebut melaporkan bahwa rata-rata 58 truk bantuan mencapai Gaza setiap hari dari 7 Mei hingga Selasa (28/5/2024), sementara jumlah truk bantuan yang masuk dari 1 April hingga 6 Mei rata-rata mencapai 176 truk setiap harinya. Angka tersebut tidak termasuk kargo dan bahan bakar sektor swasta.

PBB sebelumnya mengatakan bahwa sedikitnya 500 truk bantuan dan barang-barang komersial harus memasuki Gaza setiap harinya.

1. Pengiriman bantuan berkurang karena penutupan penyeberangan Rafah

Sejak konflik Israel-Hamas dimulai pada 7 Oktober lalu, sebagian besar bantuan untuk 2,3 juta warga Palestina masuk melalui dua penyeberangan di Gaza selatan, yaitu penyeberangan Rafah dari Mesir dan penyeberangan Kerem Shalom dari Israel.

Namun, pengiriman bantuan menjadi terganggu sejak Israel meningkatkan operasi militernya di Rafah. Mesir menutup penyeberangan Rafah karena khawatir dengan ancaman terhadap pekerjaan kemanusiaan. Namun pada Jumat (27/5/2024), Mesir setuju untuk sementara waktu mengirimkan bantuan dan bahan bakar melalui Kerem Shalom.

Kelompok bantuan mengatakan, sekitar 2 ribu truk bantuan telah tertahan di El Arish, Mesir, dengan makanan yang membusuk dan obat-obatan yang kedaluwarsa karena menunggu persetujuan Israel untuk memasuki Gaza.

"Pengiriman bantuan telah berkurang karena penutupan penyeberangan Rafah, ketidakmampuan untuk mengambil komoditas secara aman dan konsisten dari penyeberangan Kerem Shalom dan terbatasnya pengiriman melalui titik masuk lainnya,” kata OCHA.

2. Dermaga AS di Gaza dipindahkan karena rusak

Pengiriman bantuan dengan kapal dari Siprus ke dermaga terapung buatan Amerika Serikat (AS) di Gaza telah dimulai pada 17 Mei. Namun, AS pada Selasa mengatakan bahwa dermaga tersebut untuk sementara dipindahkan karena ada beberapa bagiannya yang rusak.

OCHA melaporkan bahwa tidak ada bantuan yang masuk ke Gaza dari dermaga tersebut pada Senin (27/5/2024) atau Selasa. Saat masih beroperasi, juru bicara Program Pangan Dunia (WFP) mengatakan bahwa PBB mengangkut 137 truk bantuan dari dermaga tersebut, atau setara dengan 900 metrik ton.

Dermaga yang dibangun di lepas pantai Gaza ini telah dikritik sejak awal berdirinya. Para aktivis hak asasi manusia mengatakan bahwa pemerintahan Presiden AS Joe Biden seharusnya berbuat lebih banyak untuk menekan Israel agar mengizinkan pengiriman bantuan tetap masuk via darat.

3. Pengiriman bantuan melalui penyeberangan darat harus diprioritaskan

Pada Selasa, sejumlah organisasi bantuan, termasuk Amnesty International, Dewan Pengungsi Norwegia, dan Dokter Tanpa Batas (MSF) mengatakan bahwa akses kemanusiaan melalui penyeberangan darat ke Gaza harus diprioritaskan.

“Ketika serangan Israel meningkat di Rafah, aliran bantuan yang tidak terduga ke Gaza telah menciptakan peningkatan akses sementara bantuan kemanusiaan pada kenyataannya berada di ambang kehancuran,” kata kelompok tersebut dalam sebuah pernyataan, dikutip Al Jazeera.

“Kemampuan kelompok bantuan dan tim medis untuk memberikan respons kini sudah hancur, dan perbaikan sementara seperti ‘dermaga terapung’ dan titik penyeberangan baru hanya berdampak kecil," tambah mereka. 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team