Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
bendera Korea Utara (unsplash.com/Micha Brändli)

Jakarta, IDN Times - Pejabat tinggi militer Korea Utara pada Senin (24/6/2024) mengkritik Amerika Serikat (AS) atas dukungan militernya terhadap Ukraina, dan menegaskan kembali dukungan negara Komunis tersebut terhadap Moskow dalam perang di Ukraina.

Pak Jong Chon, wakil ketua Komisi Militer Pusat Partai Pekerja Korea, mengatakan bahwa Rusia memiliki hak untuk melakukan serangan balasan apabila Washington terus mendorong Ukraina untuk melakukan perang proksi melawan Rusia.

“Jika para penguasa AS terus-terusan mendorong mesin perang mereka ke Ukraina untuk perang proksi melawan Rusia. Hal ini pasti akan memicu respons yang lebih kuat dari Rusia,” kata Pak dalam sebuah pernyataan yang dirilis oleh KCNA.

"Adalah hak pembelaan diri Rusia untuk melakukan serangan balik strategis guna mempertahankan keamanannya dari ancaman yang semakin parah yang ditimbulkan oleh kekuatan musuh. Setiap tindakan responsif yang diambil oleh Rusia akan menjadi tindakan pembelaan diri yang sah," tambahnya.

1. Korut tegaskan keberpihakannya pada Rusia dalam perang di Ukraina

Pekan lalu, pemimpin Korea Utara Kim Jong-un menyatakan dukungan penuh terhadap perang Rusia di Ukraina, dan berjanji untuk memperkuat kerja sama strategis dengan Moskow saat ia mengadakan pertemuan puncak dengan Presiden Rusia Vladimir Putin di Pyongyang pekan lalu.

“Kami akan selalu berdiri bersama tentara dan rakyat Rusia dalam perjuangan yang adil untuk mempertahankan hak kedaulatan, stabilitas strategis, dan integritas wilayah negara mereka,” tegas Pak.

Secara khusus, pejabat militer itu mengkritik AS karena baru-baru ini memperluas perjanjiannya dengan Ukraina untuk melancarkan serangan melintasi perbatasan di wilayah Rusia di mana pun pasukan Rusia melakukan serangan lintas batas ke Ukraina, tidak hanya di wilayah Kharkiv seperti yang telah disepakati sebelumnya.

“Kali ini AS telah bertindak lebih jauh dengan mengizinkan neo-Nazi Ukraina menyerang bagian mana pun di wilayah Rusia sesuka mereka,” kata Pak.

2. Rusia-Korut teken perjanjian yang wajibkan kedua negara untuk berikan bantuan militer

Dilansir Reuters, Washington dan Seoul semakin khawatir dengan meningkatnya kerja sama militer antara Rusia dan Korea Utara, dan menuduh kedua negara tersebut melanggar hukum internasional dengan melakukan perdagangan senjata untuk digunakan oleh Rusia dalam perang di Ukraina. Namun, Moskow dan Pyongyang membantah adanya transfer senjata.

Pekan lalu, Putin dan Kim menandatangi perjanjian yang mewajibkan masing-masing pihak untuk segera memberikan bantuan militer apabila terjadi agresi bersenjata terhadap salah satu dari mereka.

Para analis berpendapat bahwa perjanjian itu akan memberikan kerangka bagi perdagangan senjata antara kedua negara dan memfasilitasi koalisi anti-AS dan anti-Barat.

Menurut laporan Washington Post pada Sabtu (22/6/2024), Rusia kemungkinan telah menerima sekitar 1,6 juta peluru artileri dari Korea Utara pada Agustus-Januari. Data tersebut dianalisis dari lembaga nirlaba keamanan AS, C4ADS, yang menunjukkan bahwa sebanyak 74 ribu ton metrik bahan peledak dipindahkan dari pelabuhan di ujung timur Rusia ke berbagai lokasi, terutama di sepanjang perbatasan dekat Ukraina.

3. Korut akan kirim pekerja konstruksi ke wilayah Ukraina yang diduduki Rusia

Media Korea Selatan, TV Chosun, melaporkan bahwa Korea Utara berencana mengirim pasukan konstruksi dan teknik ke wilayah Ukraina yang diduduki Rusia mulai bulan depan untuk pekerjaan rekonstruksi.

Pasukan tersebut, yang bekerja di luar negeri dengan menyamar sebagai pekerja konstruksi, disebut akan dipindahkan dari China ke wilayah-wilayah yang dikuasai Rusia.

Sementara itu, Kementerian Luar Negeri Korea Selatan belum memberikan komentar mengenai laporan tersebut.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team

EditorFatimah