Dalam tuntutan jaksa juga disebutkan bahwa Saipov yang datang ke Amerika Serikat pada 2010 itu sangat menuruti instruksi ISIS. Misalnya, dalam majalah propagandanya, Rumiyah, ISIS menyarankan serangan menggunakan kendaraan.
Lalu, ISIS juga menginstruksikan agar pengikutnya membawa senjata kedua agar bisa melanjutkan serangan. Menurut pihak berwajib, Saipov sebenarnya memiliki satu tas besar berisi pisau di dalam truk tapi tak sempat membawanya keluar kendaraan.
Para saksi yang ditemui polisi mengatakan Saipov sudah dekat dengan ekstremisme sejak pertama kali datang ke Amerika Serikat. Tanda-tanda itu tampak, misalnya, dari sikapnya yang kian agresif ketika mendiskusikan kebijakan Amerika Serikat di Israel.
Bahkan, ketika pindah ke Florida, seorang imam masjid di sana juga mengaku khawatir Saipov salah menginterpretasikan ajaran Islam dan sempat memintanya untuk belajar lagi.