Ilustrasi pelabuhan. (ANTARA FOTO/Didik Suhartono)
Bud Darr, Wakil Presiden Eksekutif Kebijakan Maritim dan Urusan Pemerintah di MSC Group, juga mengatakan bahwa mereka khawatir kurangnya vaksinasi akan menjadi hambatan bagi pergerakan bebas pelaut tahun ini.
“Pelaut sudah memberi kami begitu banyak,” kata Darr. “Mengalami karantina, penangguhan rute penerbangan, dan pembatasan kesehatan telah menjauhkan mereka dari keluarga dan teman-teman mereka. Semua untuk tetap menyediakan barang-barang penting untuk dunia.”
ICS lebih lanjut memperingatkan penundaan pelabuhan yang disebabkan oleh awak kapal yang tidak divaksinasi dapat menimbulkan kewajiban dan biaya tambahan hukum bagi pemilik kapal. Organisasi tersebut juga mengatakan bahwa pemilik berisiko mengemban tanggung jawab hukum jika mereka mencoba mengubah kontrak yang ada dan memerlukan vaksin, atau meminta kru untuk menerima vaksin khusus seperti yang diminta oleh pelabuhan. Mereka mengatakan bahwa pemilik dapat memenuhi kebutuhan vaksin pelaut dalam kontrak baru.
Untuk menghindari rintangan hukum ini, ICS mengatakan telah menghubungi pejabat maritim pemerintah di seluruh dunia untuk menemukan solusi terkait vaksinasi. Salah satunya adalah pendirian pusat vaksin di seluruh pelabuhan internasional utama.
“Dalam jangka pendek, ini berarti mendapatkan vaksinasi pelaut di negara mereka yang programnya sudah mapan dan pasokan vaksin yang cukup,” kata Darr. “Dalam jangka panjang, ini tentang mengeksplorasi ide kemitraan publik-swasta. Bahkan mungkin ada peluang ketika lonjakan kebutuhan awal terpenuhi untuk alokasi nasional, bagi produsen untuk memberikan vaksinasi langsung kepada pemilik kapal untuk dialokasikan/diberikan kepada pekerja penting ini.”