Pembicaraan Damai Ethiopia dan TPLF Dimulai di Afrika Selatan

Jakarta, IDN Times - Perundingan damai resmi pertama untuk mengakhiri konflik di Tigray akhirnya dimulai di Afrika Selatan, Selasa (25/10/2022). Perundingan yang sempat tertunda itu akan berlangsung hingga 30 Oktober.
Pembicaraan di Afrika Selatan itu terjadi ketika pasukan pemerintah Ethiopia semakin menyudutkan pasukan Front Pembebasan Rakyat Tigray (TPLF) dengan merebut beberapa kota besar di Tigray selama seminggu terakhir.
1. Pembicaraan damai di Afrika Selatan dipimpin mantan pejabat tinggi di Afrika
Melansir Reuters, diskusi damai yang dimediasi oleh Uni Afrika (UA) dipimpin oleh mantan Presiden Nigeria Olusegun Obasanjo, didukung oleh mantan Presiden Kenya Uhuru Kenyatta dan mantan Wakil Presiden Afrika Selatan Phumzile Mlambo-Ngcuka.
Moussa Faki Mahamat, ketua dari blok Afrika tersebut, mengatakan pembicaraan itu didorong oleh demonstrasi awal komitmen terhadap perdamaian oleh para pihak, tapi dia tidak menjelaskan lebih lanjut.
Juru bicara Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa, Vincent Magwenya, mengatakan negaranya berharap diskusi dapat berlanjut secara konstruktif dan menghasilkan hasil yang sukses yang mengarah pada perdamaian abadi bagi semua orang di Ethiopia.
Perwakilan Perserikatan Bangsa-Bangsa dan Amerika Serikat juga hadir dalam pembicaraan itu sebagai pengamat.
“Kami sangat menantikan pembicaraan di Pretoria. Itulah satu-satunya jalan ke depan. Jika para pihak tidak benar-benar terlibat secara berarti dalam solusi yang dinegosiasikan, kami akan berada dalam situasi ini selamanya,” kata Filippo Grandi, Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi dalam konferensi pers pada Selasa malam di Nairobi, Kenya.
Pemerintah Ethiopia memandang pembicaraan itu sebagai kesempatan untuk menyelesaikan konflik dan mengkonsolidasikan perbaikan situasi di lapangan, yang dikaitkan dengan kemajuan militernya di Tigray. Pihak Tigray mengatakan fokusnya dalam diskusi di Afrika Selatan untuk mengakhiri permusuhan, membuka akses bantuan tak terbatas ke Tigray, dan menyerukan penarikan pasukan Eritrea.