Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi penjara. (unsplash.com/Emiliano Bar)
Ilustrasi penjara. (unsplash.com/Emiliano Bar)

Jakarta, IDN Times – Joseph Czuba, pria berusia 73 tahun yang dipenjara karena membunuh seorang anak Palestina-Amerika, meninggal dunia di penjara Illinois pada Kamis (24/7/2025). Kematiannya diumumkan pada Sabtu (26/7/2025), hanya sekitar tiga bulan setelah ia mulai menjalani masa hukuman 53 tahun.

Czuba dipenjara atas kasus pembunuhan Wadee Alfayoumi yang berusia 6 tahun dan percobaan pembunuhan terhadap ibunya, Hanan Shaheen. Kejahatan yang terjadi pada Oktober 2023 ini terbukti bermotif kebencian. Ia menargetkan kedua korban karena mereka Muslim dan sebagai respons atas konflik Israel-Hamas.

1. Pembunuhan bermotif kebencian

Serangan brutal itu terjadi di kamar yang disewa keluarga korban dari Czuba di Plainfield, Chicago. Alfayoumi ditemukan tewas dengan 26 luka tusukan, sementara ibunya menderita luka parah akibat lebih dari selusin tusukan.

Menurut kesaksian Shaheen, mereka telah menempati properti tersebut selama dua tahun tanpa masalah. Hubungan mereka berubah drastis setelah konflik Gaza pecah, yang memicu perubahan sikap Czuba.

Czuba sempat mengatakan kepada polisi bahwa ia khawatir keluarga itu akan melakukan jihad padanya dan menyamakan mereka dengan tikus pengganggu.

"Dia mengatakan kepada saya: 'Kamu, sebagai seorang Muslim, harus mati'," tutur Shaheen selama persidangan, dikutip dari Al Jazeera.

2. Tanggapan pihak keluarga

Proses hukum terhadap Czuba berjalan cepat karena bukti yang sangat kuat, termasuk rekaman panggilan darurat 911. Juri hanya membutuhkan waktu kurang dari 90 menit untuk memvonisnya bersalah atas semua tuduhan pada Februari lalu.

Sementara itu, Oday Al Fayoume, ayah Wadee, menyatakan kematian Czuba tidak membuatnya lega. Menurutnya, tindakan Czuba dapat menginspirasi serangan lain terhadap warga Palestina di masa depan.

"Anak saya telah tiada. Keadilan bagi saya adalah anak saya kembali. Ini satu-satunya keadilan bagi saya dan tidak ada yang bisa memberikan itu," kata Oday Al Fayoume, dilansir NBC.

3. Kejahatan bermotif kebencian terburuk di AS

ilustrasi bendera Palestina. (unsplash.com/Moslem Danesh)

Kasus pembunuhan Wadee telah memicu kemarahan di Amerika Serikat, terutama dari komunitas Palestina-Amerika di Chicago. Saat itu, mantan Presiden AS, Joe Biden, mengutuk serangan tersebut sebagai kejahatan yang mengerikan.

"Pembunuh bejat ini telah mati, tetapi kebencian itu masih hidup dan sehat. Wadee ditikam hingga tewas 26 kali hanya karena dia orang Palestina. Kebencianlah yang harusnya mati" ujar Ahmed Rehab, Direktur Eksekutif Dewan Hubungan Amerika-Islam (CAIR) Chicago, dikutip dari Daily Mail.

Serangan terhadap Wadee dan ibunya tercatat sebagai salah satu kejahatan bermotif kebencian terburuk di AS sejak pecahnya perang Gaza. Para pejabat di Plainfield telah mendedikasikan sebuah taman bermain untuk menghormati Wadee, dilansir New York Post.

Selain kasus Wadee, kekerasan terhadap komunitas Palestina juga terjadi di beberapa wilayah AS lain. Di Texas, anak perempuan berusia 3 tahun hampir ditenggelamkan, sementara, di Florida, dua pengunjung Israel ditembak karena disangka warga Palestina.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team

EditorRama