Mahamat Idriss Deby, pemimpin pemerintahan militer Chad. (Twitter.com/Jasusi)
Melansir France 24, Mahamat Deby yang saat ini memimpin pemerintahan, telah berjanji akan memulihkan pemerintahan sipil setelah 18 bulan berkuasa, dan berjanji untuk tidak ambil bagian dalam pemilu yang akan datang.
Namun, janji tersebut dilanggar karena pemerintah pada akhir pekan lalu mengumumkan perpanjangan waktu 24 bulan lagi untuk mengadakan pemilu, juga menetapkan bahwa Mahamat Deby dapat mencalonkan diri. Pengumuman terjadi setelah pemimpin pemerintahan militer itu mengadakan forum nasional.
Waktu transisi ke pemerintahan sipil yang ditambah membuat Mahamat Deby pada hari Senin dilantik sebagai presiden transisi. Pada peresmiannya, Mahamat Deby berjanji untuk menamai pemerintahan baru sebagai persatuan nasional.
Perpanjangan masa transisi ditentang oleh Uni Afrika (UA), yang tiga minggu sebelumnya mendesak junta untuk tidak memperpanjang masa kekuasaannya lebih dari 18 bulan. Pelantikan yang ditolak UA itu hanya dihadiri oleh satu pemimpin negara Afrika, yaitu Presiden Nigeria Muhammadu Buhari. Beberapa tetangga penting, Niger, Republik Afrika Tengah, dan Republik Demokratik Kongo hadir dengan diwakili oleh menteri mereka.
AU dan Masyarakat Ekonomi Negara-Negara Afrika Barat telah mengecam tindakan kudeta yang melanda kawasan itu dalam dua tahun terakhir, dengan pengambilalihan di Guinea, Burkina Faso, Mali, dan Chad.