Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Calon Presiden Venezuela, Edmundo Gonzalez Urrutia. (x.com/EdmundoGU)
Calon Presiden Venezuela, Edmundo Gonzalez Urrutia. (x.com/EdmundoGU)

Intinya sih...

  • Edmundo Gonzalez Urrutia akan kembali ke Venezuela pada 10 Januari 2025 untuk ditetapkan sebagai Presiden dan mengembalikan demokrasi.
  • Gonzalez Urrutia mendorong Spanyol dan komunitas internasional untuk membantu proses pengembalian demokrasi di Venezuela.
  • Presiden Parlemen Nasional Venezuela menampik adanya negosiasi dengan partai oposisi, Democratic Unitary Platform (PUD).
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Pemimpin oposisi Venezuela, Edmundo Gonzalez Urrutia, pada Jumat (4/10/2024), mengaku akan kembali ke negaranya pada 10 Januari 2025. Ia mengaku akan pulang untuk ditetapkan menjadi Presiden Venezuela yang baru dan mengembalikan demokrasi di negaranya. 

Sejak awal September, Gonzalez Urrutia mengungsi ke Spanyol setelah mendapat perintah penangkapan. Ia dituding mendorong kerusuhan di Venezuela karena menolak mengakui putusan Dewan Pemilihan Nasional (CNE) yang memenangkan Presiden Nicolas Maduro dalam pilpres. 

1. Dorong Spanyol bantu kembalikan demokrasi di Venezuela

Dalam Forum La Toja Altantic, Gonzalez Urrutia mendorong Spanyol dan komunitas internasional untuk berkontribusi dalam proses pengembalian demokrasi di Venezuela. 

"Ini adalah waktunya Spanyol untuk berintrasi penuh di dalam komunitas Eropa dan berkontribusi dalam proses pengembalian demokrasi, diplomatik, dan normalitas di Venezuela," terangnya, dilansir Mercopress

Ia pun mengaku yakin dukungan dari dunia internasional dapat mengubah situasi di Venezuela. Gonzalez Urrutia menolak disamakan dengan Juan Guaido yang akhirnya gagal mengubah situasi di Venezuela. 

"Kami bersyukur kepada Spanyol yang telah memberikan suaka politik kepada saya. Dengan ini, saya dapat secara bebas mengekspresikan pengembalian demokrasi di Venezuela," tambahnya. 

2. Parlemen Venezuela bantah adakan negosiasi dengan oposisi

ilustrasi bendera Venezuela (unsplash.com/pikadzu)

Presiden Parlemen Nasional Venezuela, Jorge Rodriguez menampik adanya negosiasi dengan partai oposisi, Democratic Unitary Platform (PUD). Namun, ia mengatakan konsultasi politik hanya diadakan lewat parlemen yang tidak dihadiri oleh PUD. 

"Kami tidak akan menerima pertemuan pribadi maupun umum atau rahasia baik itu di gereja, atau di mana pun itu, selain di Istana Legistatif Federal untuk membicarakan negosiasi," tutur Rodriguez, dikutip EFE.

"Di sini, presiden terpilih pada pilpres Juli 2024 lalu akan dilantik pada 10 Januari 2025. Berhentilah mengatakan omong kosong dan pernyataan yang tidak masuk akal. Ini tidak akan terjadi," tambahnya. 

3. Venezuela akan kirim bantuan kemanusiaan ke Lebanon

Presiden Venezuela, Nicolas Maduro. (twitter.com/NicolasMaduro)

Pada Kamis (3/10/2024), Maduro mengatakan bahwa Venezuela akan membantu Lebanon melewati masa-masa krisis imbas serangan ofensif Israel. Ia mengungkapkan kepada Duta Besar Lebanon di Caracas, Elias Lebbos akan mengirimkan bantuan kemanusiaan. 

"Kami akan mengorganisir sebuah brigade bantuan kemanusiaan dalam jumlah besar dan akan mengundang warga keturunan Lebanon dan Arab yang jumlahnya sangat besar di Venezuela," tuturnya, dilansir Mercopress

"Kami tidak hanya memobilisasi bantuan kemanusiaan ini saja, tapi Venezuela juga akan mengajak seluruh komunitas Lebanon di Venezuela untuk mengecam aksi dari Israel. Semua komunitas Arab akan dipanggil melalui saluran diplomatik," sambungnya. 

Menteri Luar Negeri Venezuela Yvan Gil mengungkapkan pentingnya aksi di ranah diplomatik selain kemanusiaan untuk menghentikan tindakan genosida dan kejahatan yang dilakukan pemerintah Israel. 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team

EditorBrahm