Jakarta, IDN Times - Kematian pemimpin Hizbullah, Hassan Nasrallah, meninggalkan luka mendalam bagi para pendukungnya, baik di Lebanon maupun luar negeri. Banyak dari mereka tak menyangka tokoh berpengaruh di Timur Tengah ini akan pergi begitu cepat, mengingat peran sentralnya dalam politik regional dan perjuangan kelompok tersebut selama bertahun-tahun.
Ulama Syiah ini terbunuh dalam serangan udara yang dilancarkan oleh Israel di pinggiran selatan Beirut, Dahiyeh, pada Jumat (27/9/2024). Ali Karki, komandan front selatan Hizbullah, dan sejumlah petinggi lainnya juga tewas dalam serangan itu.
Nasrallah, yang telah memimpin Hizbullah selama lebih dari tiga dekade, merupakan target paling kuat yang dibunuh oleh Israel selama beberapa minggu pertempuran yang semakin intensif antara kedua belah pihak.
“Saat pertama kali mendengar beritanya, saya mengira itu bohong. Saya berpikir, ‘Itu tidak mungkin benar’. Nasrallah adalah saudara kami dan kami selalu merasa aman bersamanya. Sekarang, kami tidak tahu bagaimana nasib kami nantinya," kata Mariam, seorang warga Dahiyeh, kepada Al Jazeera.
