Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Seorang anggota staf kebersihan Gedung Putih menyemprot ruang arahan pada malam Presiden Amerika Serikat Donald Trump kembali dari Walter Reed Medical Center setelah terkena penyakit virus korona (COVID-19), di Washington, Amerika Serikat, Senin (5/10/2020) (ANTARA FOTO/REUTERS/Erin Scott)

Jakarta, IDN Times - Epidemiolog senior Tiongkok mengatakan bahwa Amerika Serikat (AS) harus menjadi prioritas dalam fase lanjutan terkait penyelidikan asal usul COVID-19. Peneliti tersebut mengatakan, besar kemungkinan virus itu telah beredar di AS sejak awal Desember 2019.

Bukannya tanpa alasan, epidemiolog itu mengutip sebuah studi yang diterbitkan oleh Institut Kesehatan Nasional AS (NIIH) pekan ini. Dilansir dari Channel News Asia, dikatakan bahwa tujuh orang di lima negara bagian AS telah terinfeksi SARS-CoV-2 beberapa minggu sebelum laporan resmi kasus pertama.

1. Sejumlah pemimpin dunia desak investigasi yang lebih transparan

Ilustrasi virus corona (IDN Times/Arief Rahmat)

Sebuah studi bersama antara peneliti Tiongkok dengan World Health Organization (WHO) yang diterbitkan pada Maret melaporkan, kemungkinan besar virus corona bersumber dari perdagangan satwa liar atau disebarkan oleh kelelawar melalui spesies perantara yang belum diketahui.

Tetapi, Beijing telah mempromosikan teori bahwa COVID-19 masuk dari negara luar melalui makanan beku yang sudah terkontaminasi. Sebaliknya, sejumlah politisi asing menyerukan bahwa virus ini bersumber dari kebocoran laboratorium.

Pertemuan pemimpin G7 pekan lalu juga mendesak investigasi jilid dua yang lebih transparan dan akuntabel, termasuk peninjauan laboratorium. Sekalipun WHO telah memutuskan bahwa sangat tidak mungkin virus bisa bocor dari Institut Virologi Wuhan yang telah teruji keamanannya.

2. Tiongkok sebut teori kebocoran laboratorium lebih cocok untuk AS

Editorial Team

Tonton lebih seru di