Dengan dibatalkannya hukuman Lula bisa kembali mencalonkan diri untuk pemilu presiden 2022. Sumber:twitter.com/Gregorio Dalbon
Melansir dari The Guardian, Lula yang berusia 75 tahun merupakan presiden Brazil selama dua periode yaitu dari 2003 sampai 2011 dan politisi Partai Pekerja (PT). Selama kepemimpinan Lula, Brazil mengalami pertumbuhan ekonomi yang dipicu meningkatnya komoditas dan telah mengurangi kemiskinan di negara Amerika Latin itu. Kasus korupsi yang menimpanya telah memudarkan reputasi Lula, tapi kini hak politiknya telah pulih dan Lula dikabarkan akan kembali menantang Bolsonaro dalam pemilu.
Pada bulan April tahun lalu, Lula mengecilkan spekulasi bahwa dia akan menantang Bolsonaro pada tahun 2022, tetapi dia telah mengkritik kebijakan Bolsonaro dalam mengatasi virus corona yang dianggapnya telah membahayakan warga Brazil. “
"Anda bisa yakin kiri akan memerintah Brazil lagi setelah 2022. Kami akan memilih seseorang yang berkomitmen pada hak asasi manusia dan menghormati mereka, yang menghormati perlindungan lingkungan, yang menghormati Amazon… yang menghormati orang kulit hitam dan penduduk asli. Kami akan memilih seseorang yang berkomitmen untuk orang miskin di negara ini," kata Lula
Thomas Traumann, pengamat politik yang berbasis di Rio de Janeiro berpendapat bahwa mustahil Lula tidak menjadi salah satu kandidat calon presiden. Traumann menyampaikan bahwa putusan hari Senin adalah pertanda bagus bagi mereka yang menentang Bolsonaro, dalam pengawasannya yang sangat kontroversial lebih dari 265.000 orang Brazil telah kehilangan nyawa mereka karena COVID-19.
“Jika Anda benar-benar menentang Bolsonaro, ini adalah kabar baik, karena Anda memiliki kandidat yang kuat, populer, dan yang dapat mengalahkan Bolsonaro. Masalahnya adalah bahwa ada cukup banyak orang yang tidak menginginkan salah satu dari mereka (sebagai presiden), dan jika orang-orang ini tidak berkumpul dan menghasilkan kandidat (ketiga) sekarang, di sana tidak akan ada tempat untuk mereka. Jika kandidat lain tidak memutuskan untuk mencalonkan diri sekarang, pada saat kita mencapai tahun depan segalanya akan sangat terpolarisasi sehingga tidak akan ada ruang untuk kandidat ketiga."
Melansir dari Reuters, Lula saat ini masuk dalam satu dari 10 kandidat potensial pemilu 2022 yang mengungguli presiden dalam survei oleh perusahaan jajak pendapat Ipec. Dalam survei menunjukkan bahwa 50 persen dari 2.002 orang yang diwawancarai "pasti" atau "dapat" memilih Lula, dibandingkan dengan 38 persen untuk Bolsonaro. Sekitar 44 persen responden mengatakan mereka tidak akan pernah memilih Lula, sementara 56 persen tidak akan pernah memilih Bolsonaro.