Khet Thi tercatat sebagai penyair ketiga yang tewas selama protes sejak kudeta dilancarkan 1 Februari 2021. Khet Thi adalah teman dari K Za Win, penyair berusia 39 tahun yang tewas tertembak saat protes di Monywa pada awal Maret.
Khet Thi merupakan seorang insinyur sebelum berhenti dari pekerjaannya pada 2012, untuk fokus pada sajak-sajaknya. Untuk menghidupi kebutuhan sehari-hari, Khet Tei menjual es krim dan kue.
"Saya tidak ingin menjadi pahlawan, saya tidak ingin menjadi martir, saya tidak ingin menjadi orang lemah, saya tidak ingin menjadi orang bodoh," tulisnya dua minggu setelah kudeta.
"Saya tidak ingin mendukung ketidakadilan. Jika saya hanya punya waktu satu menit untuk hidup, saya ingin hati nurani saya bersih untuk saat itu,” katanya.
Baru-baru ini, dia menyebut dirinya sebagai pemain gitar, pembuat kue dan penyair, bukan seseorang yang bisa menembakkan senjata. Dia sempat menyiratkan perubahan sikapnya, karena junta yang sepertinya tidak goyah dengan gerakan damai masyarakat sipil.
"Orang-orang saya ditembak dan saya hanya bisa melempar puisi," tulisnya. "Tapi jika kamu yakin suaramu tidak cukup, maka kamu harus memilih senjata dengan hati-hati. Aku akan menembak."