Perampok menyandera 11 korban selama selama dua jam. Beberapa di antaranya dijadikan tameng manusia agar kendaraan mereka tidak ditembak oleh aparat.
Seorang korban, yang namanya disembunyikan, mengatakan bahwa ia sedang mengendarai sepeda motor ketika dihentikan paksa oleh pelaku yang membawa senjata laras panjang.
"Saya sudah mendengar adu tembak di seluruh penjuru kota. Lalu, tiba-tiba, ada seseorang yang menarik saya dan menghentikan sepeda motor saya. Namun saya mengira itu hanya pengecekan oleh polisi, hingga saya menyadara adanya korban yang disandera," kata dia dikutip dari BBC.
Korban itu juga mengaku pelaku sangat agresif dan tak segan mengintimidasi sandera dan seluruh orang.
"Apabila seseorang melihat ke jendela, mereka akan menembak ke arah itu agar menakuti semua orang dan menunjukkan mereka tidak bermain-main" tambahnya.
Sedangkan, korban lain mengatakan jika ia diberhentikan dan dijadikan sebagai tameng manusia.
"Mereka menyuruhku keluar dari mobil, merobek bajuku dan membuang topiku. Saya diharuskan berada di kap mobil dan mereka berkata, 'jika aku berani kabur atau melompat dari mobil, mereka akan berhenti dan menembak tepat di wajahku'," tutur dia.
Korban juga mengaku kesulitan saat menjaga keseimbangan di tengah kecepatan mobil yang tinggi.
"Anak saya dipaksa berada di kap mobil dan hanya berpegangan dengan tangannya. Bahkan, ia berpikir jika dirinya akan jatuh dan mati," kata seorang ibu yang juga menjadi korban.
Setelah berhasil kabur dari kejaran dan tembakan polisi, para perampok kemudian membebaskan belasan orang yang disandera di area pedesaan. Lalu, para korban diharuskan jalan kaki berjam-jam untuk kembali ke rumahnya.