Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi saat pembukaan Sidang Umum PBB secara virtual. twitter.com/indonesiaunnny
Bagi banyak pemimpin dunia, Sidang Umum PBB adalah peristiwa khusus, termasuk sebagai ajang pertemuan bilateral dengan petinggi negara lain. Namun, pandemik COVID-19 yang masih berlangsung membuat spekulasi bahwa agenda itu harus diselenggarakan dengan format berbeda, sudah muncul sejak beberapa bulan lalu.
Kemudian, pada Juni, PBB menegaskan Sidang Umum harus dilaksanakan secara jarak jauh untuk pertama kalinya. Podium yang sebelumnya terkenal dipakai berpidato, mulai dari Muammar al-Gaddafi hingga Benjamin Netanyahu, sekarang dikosongkan. Sebagai gantinya, para pemimpin dunia menyampaikan orasi mereka dari negara masing-masing.
"Para pemimpin dunia tak bisa datang ke New York sebab mereka tidak mungkin berangkat seorang diri," ujar mantan Presiden Majelis Umum PBB Tijjani Muhammad-Bande. Ia menegaskan bahwa baik presiden maupun perdana menteri selalu bepergian dengan unit pengamanan khusus serta staf-staf mereka.
Mereka juga diberi pilihan untuk merekam pidato terlebih dulu atau berbicara langsung. Jika memilih yang kedua, mereka akan berbicara di hadapan ruang sidang yang hampir kosong. Meski bisa saja ada perwakilan diplomatik dari negara mereka yang berada di tempat tersebut.