Potret anak-anak Korea Utara yang mengungsi setelah banjir di Korea Utara yang dipicu oleh Topan Lionrock pada tahun 2016 (blogs.unicef.org)
Dalam rapat Selasa itu, Kim menyampaikan bahwa perekonomian Korea Utara secara keseluruhan telah meningkat pada paruh pertama tahun ini. Pada Rabu (16/6/2021), Korea Utara mengklaim bahwa produksi industrinya telah tumbuh sebesar 25 persen tahun ini.
Namun, Kim menambahkan bahwa terdapat kendala yang menghalangi upaya Partai Buruh dan mulai menyoroti kendala persediaan makanan yang terbatas. Tak hanya dalam sektor pangan, banyak keperluan penting dan obat-obatan mengalami kelangkaan.
Sejumlah keluarga di Korut bahkan mulai menjual furnitur dan perangkat rumah tangga untuk mengumpulkan uang tunai demi memenuhi kebutuhan pangan mereka. Jumlah anak-anak tunawisma yang mengais makanan juga meningkat di beberapa bagian negara.
Pengakuan Kim tentang kekurangan pangan Korea Utara dapat diartikan sebagai tanda lain bahwa kebijakan ekonominya tidak berhasil. Jumlah total warga Korea Utara yang menderita kelaparan pada saat itu tidak diketahui, tetapi diperkirakan berkisar mencapai 3 juta warga.
Ketika pandemik dan banjir melanda Korea Utara tahun lalu, Kim memerintahkan negaranya untuk menolak bantuan internasional karena khawatir justru menyebabkan penyebaran wabah COVID-19. Saat itu, Kim mengklaim bahwa negara mereka tidak memiliki kasus COVID-19, meski para ahli kesehatan tetap skeptis, hal ini mengingat sistem kesehatan masyarakat Korea Utara yang buruk.