Ketika Korea Times mempublikasikan artikel tentang kerja sama antara Korea Advanced Institute of Science and Technology (KAIST) dan sebuah perusahaan manufaktur perlengkapan militer dan pertahanan bernama Hanhwa Systems pada Februari lalu, puluhan akademisi dari berbagai negara buka suara.
Pasalnya, KAIST dan Hanhwa Systems dilaporkan bekerja sama untuk "mengembangkan teknologi kecerdasan artifisial agar bisa diaplikasikan ke senjata militer". Keduanya menjadi peserta berikutnya dari "kompetisi global untuk mengembangkan senjata otonom".
Para peneliti pun memprotes lembaga pendidikan itu mau kooperatif dengan salah satu "perusahaan paling meragukan dari segi etika". Baik Coalition to Stop Killer Robots maupun HRW secara mandiri menegaskan bahwa robot pembunuh akan merugikan bagi kemanusiaan.
Menurut HRW, robot tidak memiliki kemampuan berpikir dan berempati layaknya manusia. Konsekuensinya, mesin itu takkan bisa mematuhi hukum humaniter internasional yang berlaku dalam peperangan. Contohnya, hukum itu jelas-jelas melarang segala bentuk penyiksaan terhadap musuh yang sudah menyerah dan tak bersenjata.
Belum lagi jika terjadi kesalahan seperti salah sasaran hingga ada nyawa melayang, maka akan sulit untuk menunjuk pihak yang bertanggung jawab. Secara legal juga ini melanggar hukum internasional. Dengan kata lain, sebuah mesin yang sangat kurang atau bahkan tidak dikontrol manusia sama sekali tak mampu memiliki pemahaman tentang kemanusiaan.
Ini diamini oleh para pionir teknologi di dunia seperti Elon Musk dan Mustafa Suleyman. Tahun lalu, mereka menegaskan bahwa menggunakan robot pembunuh sama dengan "membuka kotak pandora". Mereka menyampaikan surat terbuka kepada PBB agar melarang pengembangan dan penggunaan robot tersebut.
"Begitu dikembangkan, senjata otonom mematikan itu akan memungkinkan konflik bersenjata dilakukan dalam skala lebih besar dari yang pernah ada, dan dalam jangka waktu lebih cepat dari yang manusia bisa bayangkan. Ini bisa jadi senjata teror, senjata yang digunakan oleh diktator dan teroris terhadap warga tak berdosa, dan senjata yang bisa diretas agar berperilaku dengan cara-cara tak baik."