Paus Fransiskus merayakan Misa Paskah secara tertutup akibat meluasnya pandemik virus corona di Basilika Santo Petrus di Vatikan, pada 12 April 2020. ANTARA FOTO/Andreas Solaro/Pool via REUTERS
Selanjutnya, Paus Fransiskus mengingatkan ini bukan waktu mengedepankan kepentingan dan ego sendiri. Ia menggunakan contoh Eropa dan solidaritas bersama untuk melalui masa-masa suram.
"Usai Perang Dunia II, benua tercinta ini mampu bangkit kembali berkat semangat solidaritas yang teguh sehingga membuatnya mampu mengatasi permusuhan di masa lalu," kata Paus Fransiskus.
Eropa sendiri mencatatkan kasus virus corona dalam jumlah besar yang terjadi di Italia dan Spanyol.
"Ini bukan saatnya untuk memikirkan diri sendiri sebab tantangan yang kita sedang hadapi juga dirasakan oleh semuanya tanpa membeda-bedakan antara satu orang dengan yang lain," tambahnya.
Oleh karena itu, Paus Fransiskus meminta umat Katolik saling berbagi kepedulian.
"Bagi banyak orang, Paskah kali ini berarti kesendirian, hidup di antara kesengsaraan dan kesulitan yang disebabkan oleh pandemik, mulai dari penderitaan fisik sampai kesulitan ekonomi," tuturnya.
Jarak menjadi semakin nyata, misalnya dengan tidak adanya sakramen Ekaristi, yang menurut Paus dan umat Katolik menjadi sumber harapan.
"Namun, Tuhan tidak meninggalkan kita sendirian. Bersatu dalam doa kita, kita percaya bahwa Ia telah meletakkan tangannya di tubuh kita," tegas Paus Fransiskus, yang meminta umat untuk mendoakan mereka yang sakit, meninggal, atau sendirian dalam usia lanjut.
Bagi para pemimpin negara, ia menyerukan adanya pelonggaran sanksi, penghapusan utang, dan penghentian konflik di seluruh dunia.