Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Potret kota Paris di Prancis. (unsplash.com/Anthony DELANOIX)
Potret kota Paris di Prancis. (unsplash.com/Anthony DELANOIX)

Jakarta, IDN Times - Para petani Prancis menggelar protes di Paris pada Senin (26/5/2025) untuk menolak amandemen yang diajukan oleh anggota parlemen oposisi terhadap rancangan undang-undang (RUU). Usulan itu dianggap akan melonggarkan peraturan lingkungan hidup pada pertanian.

Dengan mengemudikan traktor melalui jalan raya utama dan berkumpul di luar Majelis Nasional, serikat petani FNSEA memberikan tekanan kepada anggota parlemen yang mulai membahas RUU tersebut pada sore hari.

UU tersebut diajukan oleh anggota parlemen sayap kanan Laurent Duplomb, dilansir Al Jazeera.

1. Apa saja tuntutan para petani?

Aspek utama dari undang-undang (UU) tersebut yang didukung para petani, yakni penyederhanaan persetujuan untuk fasilitas pembiakan dan melonggarkan pembatasan penggunaan air untuk mempromosikan waduk irigasi. Serta, mengesahkan kembali pestisida neonicotinoid acetamiprid yang dilarang.

Sejak 2018, pestisida jenis tersebut dilarang di Prancis karena efeknya yang berbahaya bagi lebah. Namun, para petani berargumen bahwa pestisida ini tidak terlalu beracun, dibandingkan dengan neonicotinoid lainnya.

Mereka mengklaim bahwa ini penting untuk melindungi tanaman, seperti bit gula. Sementara, di negara-negara Uni Eropa, penggunaan pestisida semacam itu diizinkan.

Menteri Dalam Negeri, Bruno Retailleau, yang menggambarkan dirinya sebagai anak pedesaan Prancis, membela proyek waduk air. Ia menggarisbawahi pentingnya bagi Prancis untuk memperkuat kedaulatan pangannya.

"Besok, pangan akan menjadi senjata utama. Kedaulatan pangan berarti kemerdekaan Prancis," ujarnya, dikutip dari France24.

2. Pro dan kontra RUU tersebut

Operator pertanian besar mendukung RUU tersebut, guna mempromosikan daya saing dan mengurangi beban operasional.

Di sisi lain, aktivis lingkungan dan sejumlah serikat pekerja yang mewakili petani skala kecil dan organik berpendapat bahwa hal itu secara tidak proporsional menguntungkan pertanian industri.

"RUU untuk mencabut pembatasan terhadap profesi pertanian ini sangat penting bagi kami. Yang kami minta hanyalah agar dapat bekerja di lingkungan Eropa, pasar tunggal dan seperangkat aturan tunggal," kata Herve Lapie, Sekretaris Jenderal FNSEA.

"Kami telah memperjuangkan ini selama 20 tahun. Untuk pertama kalinya ada RUU seperti ini. Kami tidak punya kesabaran untuk menunggu lebih lama lagi," sambungnya.

3. Protes para petani meluas di seluruh Uni Eropa

Ilustrasi bendera Uni Eropa. (pexels.com/Dušan Cvetanović)

Protes tersebut merupakan bagian dari tren yang lebih luas di sejumlah negara Uni Eropa untuk menentang UU lingkungan dan perjanjian perdagangan global yang dianggap para petani merugikan mata pencaharian mereka.

Saat ini, para petani bergulat dengan meningkatnya biaya dan rumah tangga berjuang dengan krisis biaya hidup. 

Protes juga diperkirakan terjadi di Brussels pekan depan, yang menargetkan peraturan lingkungan dan kebijakan hijau Uni Eropa.

Tahun lalu, para petani di seluruh Prancis dan Eropa memenangkan konsesi, setelah menentang persaingan asing yang murah dan apa yang mereka katakan sebagai peraturan yang tidak perlu.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team

EditorRama