Melansir dari Reuters, sentimen baik ini telah memicu harga saham Pfizer naik 11 persen, sedangkan saingannya Merck turun 10 persen. Untuk saham perusahaan farmasi lainnya yang membuat vaksin COVID-19, Moderna, BioNTech, dan Novavax dilaporkan mengalami penurunan 11-21 persen.
Bourla mengatakan harga Paxlovid untuk negara-negara berpenghasilan tinggi akan diterapkan mendekati harga obat Merck. Harga Merck di AS dilaporkan sekitar 700 dolar AS (Rp10 juta) untuk lima hari pengobatan. Lalu harga untuk negara-negara berpenghasilan rendah, pimipinan Pfizer ini mengatakan sedang mempertimbangkan beberapa opsi, yang tidak akan menghalangi akses untuk memperoleh obat.
Meski obat yang ditawarkan Pfizer dan Merck ini dapat membantu melawan virus corona, tapi vaksin masih menjadi cara terbaik yang digunakan untuk melawan virus yang telah menewaskan lebih dari 5 juta orang di seluruh dunia, termasuk lebih dari 750 ribu nyawa di AS.
Grace Lee, seorang profesor pediatri dari Fakultas Kedokteran Universitas Stanford, mengatakan obat COVID-19 akan meningkatkan kemampuan untuk mengurangi risiko penyakit parah, rawat inap, dan kematian, tapi dia mengigatkan obat tidak bisa mencegah infeksi, dan vaksinasi masih menjadi cara terbaik melawan pandemik.
Analis Mizuho Vamil Divan memperkirakan obat yang dikembangkan Pfizer ini hanya akan mempengaruhi sebagian kecil orang di AS untuk memutuskan tidak divaksinasi karena sudah ada pilihan pengobatan yang lebih baik.