Ethiopia berada di bawah kekuasaan etnis Tigray sejak awal 1990an. Saat itu TPLF melakukan perang melawan pemerintahan selama bertahun-tahun dan akhirnya berhasil menumbangkannya. Mereka bergerak dengan kiblat Moskow dengan ideologi Marxisme-Leninisme.
Ketika mereka menguasi Addis Ababa dan memerintah Ethiopia sejak 1991, tercatat bahwa TPLF memiliki sekitar 100.000 pasukan militer. Mereka juga memiliki ratusan pesawat tempur yang didapat dari Rusia. Namun sejak itu, mereka memutus hubungan dengan Marxisme-Leninisme dan berkuasa di Ethiopia hingga tahun 2018.
Pada tahun 1998, Ethiopia yang saat itu dipimpin oleh etnis Tigray berkonflik dengan negara tetangga Eritrea karena serangkaian masalah di perbatasan. Eritrea menyebut Ethiopia melakukan "perang total" dan konflik terjadi hingga tahun 2000. Perdamaian disepakati pada tahun 2018 lalu, hampir 20 tahun sejak pertama kali melakukan konfrontasi.
Perdamaian itu tak lepas dari pengaruh Abiy Ahmed. Melansir dari laman Associated Press, Abiy mengejutkan kawasan itu pada 2018 dengan berdamai dengan Eritrea setelah perang perbatasan yang panjang di kawasan Tigray. Tindakan itu membuat sebuah pencapaian di mana ia dianugerahi hadiah Nobel Perdamaian.
Ketika PM Abiy Ahmed berkuasa, dia sebelumnya berkoalisi dengan TPLF. Namun koalisi itu pecah dan membuat TPLF menjadi oposisi sejak tahun 2018 tersebut. Pada November 2020, Abiy Ahmed melancarkan operasi militer ke wilayah Tigray karena mereka dituduh menyerang beberapa kamp militer Ethiopia dan dituduh membangkang karena melakukan pemilu tanpa izin pemerintah pusat.
Konflik antara pemerintah Ethiopia dengan Tigray kemudian berkembang dan pasukan Eritrea dituduh ikut serta membantu pasukan Ethiopia dalam melawan TPLF. Ethiopia dan Eritrea dianggap bersekongkol menyerang TPLF. Selama berbulan-bulan, Eritrea dan Ethiopia membantah tuduhan itu.