PM Inggris: Vaksinasi Sukses karena Keserakahan dan Kapitalisme

London, IDN Times - Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson, menyebutkan bahwa salah satu keberhasilan vaksinasi di negaranya karena "keserakahan dan kapitalisme teman-teman saya." Kalimat itu keluar dalam pertemuan pribadinya secara virtual dengan para anggota parlemen dan dia mengucapkan itu kepada Tory.
Torry diketahui adalah anggota parlemen backbencher atau legislator yang tidak memiliki jabatan pemerintahan. Pembicaraan itu bocor dan ramai dibahas oleh beberapa media Inggris seperti The Sun, BBC dan The Guardian.
Pernyataan Boris Johnson yang bocor itu kemudian mendapatkan tanggapan dari banyak pihak. Menurut beberapa sumber BBC, Boris segera menarik dengan tegas semua komentarnya tersebut.
1. Inggris jadi salah satu negara yang sukses memvaksin penduduknya
Inggris adalah negara Barat pertama yang memberikan persetujuan penggunaan vaksin virus corona kepada penduduknya. Keputusan Inggris itu sempat dikritik oleh WHO. Tapi faktanya kemudian banyak negara bekerja cepat untuk mengikuti langkah yang dilakukan oleh Inggris, termasuk Uni Eropa (UE).
Langkah berani Inggris memberikan lampu hijau penggunaan vaksinnya saat ini menuai kesuksesan. Melansir dari laman resmi pemerintah Inggris, saat ini sudah ada 28 juta penduduk yang mendapatkan suntikan vaksin dosis pertama. Mereka yang mendapatkan suntikan vaksin dosis kedua telah mencapai lebih dari dua juta orang.
Dengan angka-angka tersebut, Inggris telah menjadi salah satu negara yang sukses dalam memvaksin penduduknya. Uni Eropa telah tertinggal jauh.
Vaksin AstraZeneca yang diciptakan oleh Oxford, selain digunakan Inggris, juga menjadi salah satu vaksin yang digunakan oleh banyak negara. Salah satu produsen vaksin terbesar di dunia yakni Serum Institute of India juga membeli lisensi vaksin tersebut dan memproduksi serta menyebarkan ke berbagai penjuru dunia.
Akan tetapi beberapa minggu terakhir, ketegangan terjadi antara UE dengan AstraZeeca. Isu yang mengatakan bahwa vaksin AstraZeneca memiliki efek samping pembekuan darah dan menyebabkan kematian telah membuat banyak negara menghentikan sementara suntikan vaksin AstraZeneca. Selain itu, produsen AstraZeneca juga diancam dilarang ekspor karena belum mampu memenuhi kesepakatan pengiriman vaksinnya ke UE.