Kerusuhan pencari suaka Eritrea terbaru menempatkan isu migran kembali ke dalam agenda politik, saat Israel sendiri sudah terpecah belah karena rencana perombakan peradilan. Masalah migran jadi salah satu alasan mengapa peradilan harus dirombak.
Dilansir Associated Press, Israel disebut tidak dapat secara paksa mengirim migran kembali ke negaranya berdasarkan hukum internasional. Ini khususnya mereka yang kehidupan atau kebebasannya mungkin terancam.
Saat ini, sekitar 25 ribu migran Afrika berada di Israel. Mereka terutama dari Sudan dan Eritrea. Mereka melarikan diri dari konflik atau penindasan yang terjadi di negaranya.
Netanyahu selanjutnya mengatakan, tim kementerian berupaya mendeportasi sekitar 1.000 migran pendukung pemerintah Eritrea yang terlibat dalam kekerasan dan kerusuhan.
"Mereka tidak memiliki klaim status pengungsi. Mereka mendukung rezim (Eritrea). Jika mereka sangat mendukung rezim, mereka sebaiknya kembali ke negara asal mereka," kata Netanyahu.