Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi Pemilu (IDN Times/Arief Rahmat)
Ilustrasi Pemilu (IDN Times/Arief Rahmat)

Tokyo, IDN Times - Perdana Menteri Jepang, Yoshihide Suga, pada hari Kamis, 3 Juni 2021, waktu setempat, mengatakan kemungkinan akan menggelar Pemilu lebih cepat usai pergelaran Olimpiade Tokyo 2020. Jepang sendiri masih berjuang menghadapi gelombang keempat wabah COVID-19. Bagaimana awal ceritanya?

1. Pemerintah Jepang sedang mempertimbangkan untuk menyusun paket stimulus ekonomi baru

Perdana Menteri Jepang, Yoshihide Suga, mengumumkan bahwa kemungkinan akan menggelar Pemilu lebih cepat usai Olimpiade Tokyo. (Twitter.com/MofaJapan_en)

Dilansir dari Aljazeera.com, Perdana Menteri Jepang kemungkinan akan mengadakan Pemilu lebih cepat setelah Olimpiade Tokyo 2020 dan Paralimpiade Tokyo 2020 dan menunjukkan tekadnya untuk terus melanjutkan Olimpiade meskipun Jepang sedang
berjuang menahan pandemi COVID-19. Pemerintah Jepang sendiri mempertimbangkan
untuk menyusun paket stimulus ekonomi baru sebelum Pemilu cepat yang diharapkan. Suga setuju pada hari Rabu, 2 Juni 2021, lalu dengan kepala mitra koalisinya yang berkuasa untuk tidak memperpanjang sesi parlemen saat ini ketika akan berakhir pada 16 Juni 2021 ini.

Itu berarti Jepang akan berhenti menyusun anggaran tambahan untuk saat ini dan memanfaatkan dana hampir 4 triliun yen atau setara dengan Rp521,8 triliun yang tersisa sebagai cadangan untuk membayar pengeluaran negara dalam memerangi wabah COVID-19. Seorang legislator dari partai berkuasa di Jepang, Shoji Nishida, mengatakan pihaknya jelas membutuhkan anggaran taambahan tetapi parlemen Jepang sedang tutup sehingga tidak punya waktu untuk meloloskannya. Ia menambahkan harus ada perdebatan di dalam partai untuk menyusun paket stimulus lain dan anggaran tambahan.

2. Sebagian besar warga Jepang meminta pergelaran Olimpiade Tokyo ditunda ataudibatalkan

Persiapan Jepang menuju tuan rumah Olimpiade Tokyo 2020. (Twitter.com/Tokyo2020)

Pergelaran Olimpiade Tokyo 2020 yang akan dimulai pada bulan Juli 2021 ini masih menimbulkan keraguan, di mana sebagian besar warga Jepang hingga tenaga medis telah menyerukan agar Olimpiade Tokyo 2020 ditunda atau dibatalkan. Opini publik secara konsisten menentang penyelenggaran Olimpiade di tengah pandemi COVID-19, dengan jajak pendapat pada bulan Mei 2021 lalu menunjukkan sebanyak 83 persen dari mereka yang disurvei tidak ingin Olimpiade diadakan di Jepang. Sebuah jajak pendapat hanya 9 hari sebelumnya telah menunjukkan sebanyak 60 persen menentang Jepang menjadi tuan rumah Olimpiade.

Hingga hari Rabu, 2 Juni 2021, waktu setempat, sekitar 415 ribu orang telah memberikan tandatangan di petisi Change.org yang meminta pemerintah Jepang untuk membatalkan Olimpiade. Meningkatnya penentangan terhadap Olimpiade di antara publik Jepang datang ketika tingkat infeksi COVID-19 turun tetapi pada tingkat tinggi dan sebagian besar warga Jepang berada dalam keadaan darurat. Seorang penasihat medis Jepang, Shigeru Omi, mengatakan kepada komite parlemen Jepang bahwa tidak normal untuk menjadi tuan rumah Olimpiade di tengah keadaan seperti saat ini.

3. Jumlah kasus COVID-19 di Jepang sampai saat ini

Suasana di sekitar wilayah Tokyo, Jepang. (Pixabay.com/sofi5t)

Jumlah kasus COVID-19 di Jepang sampai hari Rabu, 2 Juni 2021, waktu setempat mencapai angka 749.130 kasus dengan rincian 13.140 kasus berakhir meninggal dunia serta 685.365 kasus berakhir sembuh. Di hari yang sama, Jepang mengalami penambahan kasus sebanyak 2.642 kasus baru dengan rincian 91 kasus berakhir meninggal dunia. Dengan demikian, Jepang berada di urutan ke-34 jumlah kasus COVID-19 terbanyak di dunia.

Dalam situasi seperti saat ini, Suga mengatakan dia akan fokus menangani pandemi dan bahwa Jepang akan melanjutkan Olimpiade di bawah aturan ketat untuk melindungi warga setempat dari virus. Distribusi vaksin yang lambat dan oposisi publik yang kuat untuk mengadakan Olimpiade telah menyebabkan penurunan atas dukungan terhadap Suga yang meningkatkan ketidakpastian atas nasib pemerintahannya. Menurut pemerintah Prefektur Osaka, peningkatan penyebaran disebabkan oleh varian Alpha yang pertama kali muncul di Inggris dan strain virus bermutasi lainnya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team