Ilustrasi palu pengadilan. (Pixabay.com/Daniel_B_photos)
Melansir dari BBC, perselisihan ini timbul karena reformasi peradilan Polandia yang diperkenalkan pada 2018. Dalam perubahan itu, ada kamar disiplin Mahkamah Agung Polandia yang memiliki wewenang untuk menghukum hakim tinggi. Reformasi ini dianggap UE melemahkan independensi peradilan. Pemerintah Polandia bersikeras tindakan justru itu diperlukan untuk memerangi korupsi.
ECJ pada Juli, memerintahkan kamar disiplin ditutup, tapi Morawiecki mengatakan UE tidak memiliki hak untuk mengatur sistem peradilan Polandia. Namun, dia setuju untuk menutup kamar itu, tapi tidak pernah memberi tahu kapan akan dilakukan.
Mahkamah Agung Polandia dilaporkan telah berhenti menjadwalkan kasus-kasus baru, tapi masih melanjutkan sidang yang sudah terjadwal.
Awal bulan ini, perselisihan semakin memburuk sebab Polandia mengutamakan hukum dalam negerinya alih-alih hukum UE. Tindakan itu membuat blok negara-negara Eropa marah. Presiden Komisi Eropa, Ursula von der Leyen, mengatakan keputusan itu adalah tantangan langsung terhadap kesatuan tatanan hukum Eropa.
Ketegangan yang meningkat telah memicu kekhawatiran keanggotaan Polandia di UE. Survei yang dirilis pada Selasa menunjukkan bahwa 40,8 persen orang Polandia setuju pemerintah perlu mengakui kekalahan dan mengakhiri perselisihan, sementara 32,5 meminta pemerintah harus berkompromi.