Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
perumahan Wang Fuk Court hangus terbakar
Potret perumahan Wang Fuk Court yang hangus terbakar (Cyril Yoshi, CC BY-SA 4.0, via Wikimedia Commons)

Intinya sih...

  • Penggunaan bambu untuk konstruksi telah dilarang di Hong Kong

  • Jumlah korban tewas bertambah menjadi 94 orang

  • Harga properti yang meroket memicu ketidakpuasan sosial di Hong Kong

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Kepolisian Hong Kong telah menangkap tiga orang, dua di antaranya direktur dan satu konsultan teknik atas tuduhan pembunuhan, setelah kebakaran besar terjadi di kompleks apartemen Wang Fuk Court. Pada Kamis (27/11/2025), pihaknya menggeledah kantor Prestige Construction and Engineering Company dan menyita kotak-kotak dokumen sebagai barang bukti.

Polisi menemukan bahwa kompleks apartemen tersebut menggunakan perancah bambu, serta ditutupi dengan lembaran jaring pelindung dan plastik yang tidak memenuhi standar kebakaran. Pihaknya juga menyebut beberapa jendela di salah satu bangunan disegel dengan material busa, yang dipasang oleh perusahaan konstruksi yang sedang melakukan renovasi.

"Kami memiliki alasan untuk meyakini bahwa pihak-pihak yang bertanggung jawab di perusahaan tersebut sangat lalai, yang menyebabkan kecelakaan ini dan menyebabkan api menyebar tak terkendali, yang mengakibatkan banyak korban jiwa," kata seorang inspektur polisi Hong Kong, Eileen Chung, dilansir CNA.

1. Penggunaan bambu untuk konstruksi telah dilarang di Hong Kong

Selama beberapa dekade di Hong Kong, bambu telah menjadi material pilihan untuk perancah bangunan karena harganya murah, pasokannya melimpah, dan fleksibel. Bambu telah menjadi andalan arsitektur tradisional China, dan digunakan sebagai perancah bangunan kompleks apartemen Wang Fuk Court.

Namun, penggunaan bambu telah dihapuskan di Hong Kong sejak Maret karena alasan keamanan. Pemerintah telah mengumumkan bahwa 50 persen pekerjaan konstruksi publik akan diwajibkan menggunakan rangka logam, mengutip ABC News.

Kompleks apartemen Wang Fuk Court sedang menjalani renovasi pada saat kebakaran. Kompleks di distrik Tai Po utara itu mencakup delapan tower yang memiliki 31 lantai, serta berisi sekitar 2 ribu unit apartemen yang menampung sekitar 4.800 orang. Hanya ada 1 tower yang tidak terdampak kebakaran.

2. Jumlah korban tewas bertambah menjadi 94 orang

Pada Jumat (28/11/2025), otoritas Hong Kong melaporkan jumlah korban tewas telah mencapai 94 orang. Jumlah ini menjadi yang tertinggi dalam sejarah wilayah tersebut sejak 1948. Selain itu, 76 orang lainnya dikabarkan terluka, 11 di antaranya adalah petugas pemadam kebakaran.

Hingga Kamis sore, otoritas setempat mengatakan telah memadamkan sebagian besar api di empat dari tujuh blok yang terdampak, sementara api di tiga blok lainnya dilaporkan terkendali.

Petugas pemadam kebakaran kesulitan menjangkau warga yang berpotensi terjebak di lantai atas kompleks apartemen Wang Fuk Court dikarenakan panas yang menyengat dan asap tebal dari kebakaran.

"Prioritas kami adalah memadamkan api dan menyelamatkan warga yang terjebak. Yang kedua adalah memberikan dukungan bagi yang terluka. Yang ketiga adalah memberikan dukungan dan pemulihan. Setelah itu, kami akan melakukan penyelidikan menyeluruh," kata pemimpin Hong Kong, John Lee.

3. Harga properti yang meroket memicu ketidakpuasan sosial di Hong Kong

Wang Fuk Court adalah salah satu kompleks perumahan bertingkat tinggi di Hong Kong yang juga menjadi salah satu kawasan terpadat di dunia. Tai Po, yang terletak di dekat perbatasan dengan China daratan, merupakan distrik suburban yang mapan dengan sekitar 300 ribu penduduk.

Harga properti yang meroket di kota ini telah lama menjadi pemicu ketidakpuasan sosial. Sejak 1983, kompleks apartemen ini berada di bawah skema kepemilikan rumah bersubsidi pemerintah.

Seorang penghuni berusia 66 tahun, Harry Cheung, yang telah tinggal di Blok Dua kompleks itu selama lebih dari 40 tahun, mengaku mendengar suara keras sekitar pukul 14.45 dan melihat kebakaran terjadi di blok terdekat saat kejadian.

"Saya langsung kembali untuk mengemasi barang-barang saya. Saya bahkan tidak tahu bagaimana perasaan saya saat ini. Saya hanya memikirkan di mana saya akan tidur malam ini," katanya, dikutip dari The Guardian.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team