Ilustrasi budi daya ganja. (Unsplash.com/Next Green Wave)
Ganja sebenarnya mendapatkan perhatian serius dalam dunia medis Barat sejak diperkenalkan oleh William Brooke O’Shaughnessy, seorang dokter dari Irlandia. Dia mempelajari penggunaan ganja ketika bekerja di Bengal di perusahaan East Indian Company (EIC), sebuah perusahaan Inggris pesaing VOC dari Belanda pada tahun 1842.
Larangan penggunaan ganja oleh Inggris dilakukan lebih awal di daerah jajahan seperti India, Jamaika, Singapura, Afrika Selatan, Afrika timur dan daerah jajahan lainnya. Di Inggris sendiri, ganja dilarang pada tahun 1928 dan masuk dalam obat-obatan berbahaya pada tahun 1920.
Secara resmi, ganja kembali diperbolehkan khusus sebagai obat resep dokter pada tahun 2018. Dua anak yang menderita epilepsi terbukti mengalami kesembuhan secara signifikan ketika mendapatkan ganja sebagai obat. Pemerintah saat itu mendapatkan kritik keras ketika seorang anak mengalami kejang karena ganja pengobatannya disita. Akhirnya, pada 1 November 2018, gaja medis mulai legal di Inggris.
Operasi produksi budidaya ganja ilegal juga pernah berlangsung pada tahun 2009 hingga 2010. Dalam satu tahun itu, polisi menemukan ada 7000 fasilitas budidaya ganja ilegal. Sebagian besar pekerja adalah migran dari Vietnam yang diselundupkan.
Meskipun ganja adalah ilegal, tapi negara Inggris adalah salah satu pemasok atau pengekspor ganja terbesar di dunia secara legal. Perusahaan Biritsh Sugar memiliki rumah kaca seluas 18 hektar, salah satu rumah kaca terbesar di negara tersebut, dan menghasilkan ganja medis sebanyak 90 ton per tahun. Mereka melakukan ekspor bukan dalam bentuk mentah tetapi sudah diramu sebagai obat. Amerika Serikat adalah salah satu negara tujuan utama ekspor produk ganja itu.