PM Israel Benjamin Netanyahu (The White House, Public domain, via Wikimedia Commons)
Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu pada Juni lalu mengakui telah mempersenjatai klan-klan di Gaza, termasuk Popular Forces, untuk membentuk kekuatan alternatif melawan Hamas. Strategi ini menuai kritik dari berbagai pihak karena dianggap memicu kekacauan internal dan perang saudara di wilayah tersebut.
Abu Shabab sendiri memiliki rekam jejak kriminal dan pernah dipenjara oleh otoritas keamanan Gaza atas kasus narkoba sebelum perang pecah. Kelompoknya dituduh menjarah bantuan kemanusiaan yang masuk melalui penyeberangan Kerem Shalom.
Popular Forces telah berupaya menampilkan diri sebagai pelindung bantuan kemanusiaan dan kelompok nasionalis, bahkan Abu Shabab sempat menulis opini di media Barat. Namun, investigasi internal PBB menyebut Abu Shabab merupakan aktor utama di balik penjarahan massal bantuan yang memperburuk krisis kemanusiaan.
"Ada beberapa pihak di militer Israel yang bertaruh pada kelompok-kelompok ini. Tentu saja, bersekutu dengan Israel di tengah genosida adalah tindakan berbahaya karena kelompok ini dikutuk secara sosial," ujar Nour Odeh, koresponden Al Jazeera.