Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IMG-20250917-WA0082.jpg
Kementerian Luar Negeri RI, Yvonne Mewengkang.(IDN Times/Marcheilla Ariesta)

Intinya sih...

  • Isu Palestina menjadi sorotan utama

  • Pidato perdana Prabowo di forum PBB

  • Indonesia dorong peran Global South

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times – Presiden RI Prabowo Subianto dipastikan akan menyinggung isu Palestina dalam pidatonya di Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) ke-80. Acara itu digelar pada 23 September 2025 di markas besar PBB, New York, Amerika Serikat.

Kementerian Luar Negeri (Kemlu) RI mengonfirmasi bahwa Palestina akan menjadi salah satu pokok bahasan utama. “Pasti isu Palestina akan masuk dalam pembahasan,” kata Juru Bicara I Kemlu RI, Yvonne Mewengkang, Rabu (17/9/2025).

Meski begitu, Yvonne menjelaskan, teks pidato Prabowo masih dalam tahap penyusunan akhir. Pemerintah ingin memastikan pesan yang disampaikan Indonesia mencerminkan konsistensi politik luar negeri sekaligus menjawab tantangan global terbaru.

Kehadiran langsung Prabowo dalam forum bergengsi ini dinilai penting, mengingat ia menjadi presiden pertama Indonesia dalam lebih dari satu dekade yang hadir sendiri di Sidang Umum PBB. Sebelumnya, Presiden Joko Widodo memilih mengutus Menteri Luar Negeri Retno Marsudi untuk menyampaikan pidato Indonesia.

1. Isu Palestina jadi sorotan utama

ilustrasi bendera Palestina. (unsplash.com/Moslem Danesh)

Isu Palestina memang tak pernah absen dari panggung diplomasi Indonesia. Sejak era Presiden Sukarno, dukungan terhadap kemerdekaan Palestina telah menjadi garis merah dalam politik luar negeri RI. Pada 1962, Sukarno bahkan menegaskan bahwa selama Palestina belum merdeka, Indonesia akan terus menentang penjajahan Israel.

Komitmen itu kembali ditekankan oleh Kemlu RI menjelang Sidang Umum PBB. Sebelumnya, Direktur Jenderal Kerja Sama Multilateral Kemlu RI, Tri Tharyat, mengatakan Palestina akan menjadi salah satu fokus utama pidato Prabowo.

“Kita tunggu rilis resminya, tapi tema besar mencakup dinamika dunia, termasuk serangan ke Qatar, dan tentu Palestina,” kata Tri dalam konferensi pers pada 11 September lalu.

Indonesia ingin menegaskan, dukungan kepada Palestina bukan sekadar simbolik. Dalam beberapa kesempatan, Jakarta secara aktif mengecam langkah Israel, termasuk rencana mengambil alih penuh Jalur Gaza. Kemlu RI menilai, kebijakan itu melanggar hukum internasional dan berpotensi memperburuk krisis kemanusiaan.

Dengan demikian, pidato Prabowo di PBB akan menjadi kelanjutan dari sikap konsisten Indonesia yang menempatkan isu Palestina sebagai bagian penting dalam menjaga perdamaian dan stabilitas global.

2. Pidato perdana Prabowo di forum PBB

Presiden Prabowo Subianto (Youtube/Sekretariat Presiden)

Sidang Umum PBB ke-80 akan menjadi panggung internasional pertama bagi Prabowo sejak dilantik sebagai presiden. Ia dijadwalkan menjadi pembicara ketiga pada hari pertama sesi Debat Umum. Posisi ini biasanya diberikan kepada negara-negara yang dianggap memiliki peran signifikan dalam isu global.

Menurut Tri Tharyat, kesempatan ini akan digunakan Prabowo untuk memperkenalkan visi “Asta Cita” yang menjadi arah pembangunan nasional. Melalui forum dunia, Prabowo ingin menegaskan bahwa Indonesia siap memainkan peran lebih besar di kancah internasional.

Selain itu, Indonesia juga ingin menggaungkan reformasi sistem multilateral. Hal ini sejalan dengan agenda global untuk memperkuat representasi negara-negara berkembang dalam pengambilan keputusan internasional. Bagi Indonesia, Sidang Umum PBB adalah wadah strategis untuk mendorong reformasi itu.

Partisipasi langsung Prabowo juga dipandang sebagai sinyal bahwa Indonesia ingin lebih aktif dalam diplomasi internasional, bukan hanya sebagai penonton, melainkan sebagai aktor utama yang mengedepankan kepentingan Global South.

3. Indonesia dorong peran Global South

Direktur Jenderal Kerja Sama Multilateral Kemlu RI, Tri Tharyat. (dok. Kemlu RI

Indonesia menekankan bahwa partisipasinya di Sidang Umum PBB bukan hanya untuk menyuarakan isu nasional, tetapi juga memperjuangkan kepentingan negara-negara berkembang. Hal ini terinspirasi dari semangat Konferensi Asia-Afrika Bandung 1955, di mana Indonesia menjadi salah satu penggagas utama.

Menurut Tri Tharyat, Prabowo akan menegaskan pentingnya memperkuat solidaritas Global South di tengah dinamika geopolitik. Indonesia melihat adanya ketimpangan dalam sistem internasional yang sering kali merugikan negara-negara berkembang.

Dengan membawa semangat Bandung, Indonesia ingin menghidupkan kembali peran kolektif Global South dalam menciptakan tatanan dunia yang lebih adil. Prabowo diyakini akan mengaitkan hal ini dengan tantangan global, mulai dari konflik, krisis pangan, hingga perubahan iklim.

Bagi Indonesia, diplomasi multilateral bukan hanya soal posisi di panggung dunia, tetapi juga tentang bagaimana menciptakan ruang bagi negara-negara berkembang untuk punya suara setara. Kehadiran Prabowo di PBB diharapkan memperkuat posisi Indonesia sebagai jembatan antara Utara dan Selatan.

Editorial Team