Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Potret Presiden AS, Joe Biden dan Presiden Prancis, Emmanuel Macron (kanan) (instagram.com/emmanuelmacron)

Jakarta, IDN Times - Presiden Prancis Emmanuel Macron, pada Senin (7/11/2022), mendesak Amerika Serikat (AS) dan China memberikan kompensasi secara adil untuk membantu negara-negara miskin mengatasi perubahan iklim. 

"Tekanan harus diberikan kepada negara-negara kaya non-Eropa, dengan mengatakan kepada mereka, 'Anda harus membayar bagian Anda yang adil'," ujar Macron, merujuk kepada AS dan China, dikutip dari Al Arabiya.

1. AS dan China didesak beri bantuan keuangan seperti yang dilakukan Eropa

Berbicara di Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Iklim PBB (COP27) di Mesir, Macron menegaskan bahwa AS dan China perlu meningkatkan tindakan pengurangan emisi serta bantuan keuangan, seperti yang dilakukan oleh negara-negara eropa.

"Orang Eropa membayar, kami satu-satunya yang membayar.” kata Macron di sela-sela KTT iklim PBB di kota Sharm el-Sheikh.

Melalui konferensi 13 hari yang dimulai pada Minggu (6/11/2022), topik yang dibicarakan adalah meningkatkan bantuan keuangan ke negara-negara miskin. Sebab, merekalah yang paling kesulitan dalam menghadapi bencana akibat krisis iklim.

Para pemimpin dari negara-negara berkembang meraih kemenangan kecil saat para delegasi sepakat untuk mencantumkan masalah kontroversial, yakni bantuan keuangan atas kerugian dan kerusakan iklim.

Hampir 100 kepala negara dan pemerintahan akan berbicara di KTT pada Senin dan Selasa. Namun Presiden China, Xi Jinping, dikabarkan tidak hadir dalam konferensi itu. 

Sementara Presiden AS, Joe Biden, akan hadir akhir pekan ini, tepatnya setelah pemilihan paruh waktu AS digelar pada Selasa.

2. Sekjen PBB ingin seluruh negara bekerja sama hadapi dampak perubahan iklim

Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, mengatakan bahwa umat manusia harus bekerja sama untuk menghadapi dampak perubahan iklim yang semakin cepat.

Menurutnya, umat manusia dihadapkan pilihan yang sulit. Hal itu karena dunia tengah mengalami rentetan krisis internasional yang telah menghancurkan ekonomi, serta mengguncang hubungan internasional.

"Bekerja sama atau binasa, Ini adalah pakta solidaritas iklim, atau pakta bunuh diri kolektif," katanya di depan para pemimpin dunia pada KTT COP27, dikutip dari RFI

KTT itu digelar ketika negara-negara di dunia menghadapi bencana alam yang semakin meningkat, yang mana telah merenggut ribuan nyawa pada tahun ini, dan menelan biaya miliaran dolar.

Guterres juga menyinggung perang di Ukraina, mengatakan bahwa kecanduan bahan bakar fosil telah menimbulkan risiko yang mendalam, serta meningkatkan kekacauan iklim.

"Krisis hari ini tidak bisa menjadi alasan untuk kemunduran atau pencucian hijau. Jika ada, itu adalah alasan untuk urgensi yang lebih besar, tindakan yang lebih kuat dan akuntabilitas yang efektif," ujar Guterres, dilansir dari RFI.

Atas dasar itu, dia meminta negara-negara G20 untuk mempercepat perpindahan ke emisi nol bersih pada dekade ini. Negara-negara maju harus memimpin dan negara-negara berkembang juga berperan penting untuk mengubah kurva emisi.

3. AS dan China didesak buat pakta dengan negara berkembang

Sekjen PBB itu juga menyerukan adanya pakta antara negara maju dan berkembang, di mana semua pihak melakukan upaya ekstra dalam mengurangi emisi.

Lebih lanjut, negara-negara kaya diharapkan memberikan bantuan keuangan untuk membantu negara berkembang. Hal itu demi mempercepat transisi terbarukan mereka sendiri, serta mengakhiri ketergantungan pada bahan bakar fosil.

Guterres menegaskan, AS dan China memiliki tanggung jawab khusus untuk terlibat dalam mewujudkan pakta tersebut.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team