Selama persidangannya, Bucyibaruta membantah bahwa dia berperan dalam pembantaian pada 1994 di Rwanda.
"Saya ingin memberi tahu mereka bahwa pikiran untuk menyerahkan mereka kepada para pembunuh tidak pernah terlintas dalam pikiran saya. Apakah saya kurang berani? Bisakah saya menyelamatkan mereka? Pertanyaan-pertanyaan itu, bahkan penyesalan itu, telah menghantui saya selama lebih dari 28 tahun," kata Bucyibaruta dalam persidangan terakhir pada Selasa, yang dilansir dari RFI.
Pengacara Bucyibaruta meminta pengadilan untuk mengambil keputusan yang berani untuk membebaskan kliennya karena saat genosida Bucyibaruta merupakan pejabat yang "terisolasi dan tanpa kekuatan" untuk mencegah pembantaian. Untuk menentang keputusan pengadilan Bucyibaruta memiliki waktu sepuluh hari untuk mengajukan banding.
Namun, jaksa menegaskan bahwa Bucyibaruta merupakan sosok yang penting karena tanpanya pembantaian tidak dapat dilakukan. Jaksa juga menyampaikan Bucyibaruta menanggung kematian semua korban di Gikongoro.
Bucyibaruta berada di Prancis sejak 1997 dan mulai diselidiki atas keterlibatan genosida pada 2000, tapi sidang baru dilaksanakan sejak 9 Mei 2022, yang melibatkan lebih dari 100 pernyataan saksi, termasuk beberapa dari penyintas genosida. Selama proses di meja hijau Bucyibaruta tidak ditahan karena memiliki banyak masalah kesehatan, sehingga diizinkan menjadi tahanan rumah agar bisa mendapatkan perawatan.