Dalam 12 bulan ke depan, lebih dari 100.000 anak-anak di wilayah Tigray dapat menderita kekurangan gizi yang mengancam jiwa, kata PBB. Melansir kantor berita Reuters, "ketakutan terburuk kami tentang kesehatan dan kesejahteraan anak-anak, sedang dikonfirmasi," kata Marixie Mercado, juru bicara UNICEF yang mengatakannya dalam sebuah acara pengarahan di Jenewa.
Mercado juga menyampaikan bahwa satu dari dua wanita hamil dan menyusui di wilayah Tigray mengalami kekurangan gizi akut.
Dalam tinjauan Reuters di rumah sakit Wukro, Tigray, sejak Februari tahun ini, anak-anak telah meninggal karena kondisi kesehatan yang semakin memburuk.
Tsehaynesh Gebrehiwot, salah satu perawat menyebutkan beberapa nama anak-anak balita seperti Awet Gebreslassie yang berusia empat bulan memiliki berat 2,6 kilogram, sepertiga dari berat normal; Robel Gebrezgiher yang berusia satu tahun memiliki berat 2 kg, kurang dari seperempat berat normal; dan Kisanet Hogus, juga berusia satu tahun, hanya memiliki berat 5 kg, setengah berat badan normal.
Tiga anak-anak yang kekurangan gizi itu semua meninggal dalam beberapa hari setelah masuk rumah sakit. Para dokter mengaku mereka menyaksikan empat sampai 10 anak-anak menderita kekurangan gizi akut setiap bulannya, naik dua kali lipat dari kondisi normal.
Pemerintah Ethiopia menyalahkan para pejuang TPLF yang telah melakukan blokade rute utama bantuan kemanusiaan. Namun TPLF sejauh ini belum memberikan komentar atas tuduhan tersebut.
Menanggapi kondisi kemanusiaan yang memprihatinkan di Tigray, Amerika Serikat bergerak untuk memberikan bantuan. Melansir laman USAID, AS akan memberikan bantuan 149 juta dollar atau setara Rp2,1 triliun sebagai dana untuk melawan kelaparan.
Selain itu, AS juga menyampaikan keprihatinan dengan meningkatnya eskalasi, termasuk ekspansi TPLF ke Afar dan keputusan pemerintah Ethiopia untuk memobilisasi milisi regional tambahan. Ekspansi semacam itu memperburuk situasi kemanusiaan dan membahayakan stabilitas negara Ethiopia.