Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Presiden Moldova Maia Sandu ketika bertemu dengan delegasi Uni Eropa. twitter.com/eucopresident/
Presiden Moldova Maia Sandu ketika bertemu dengan delegasi Uni Eropa. twitter.com/eucopresident/

Chisinau, IDN Times - Pada hari Senin (30/11) Presiden Moldova yang baru terpilih, Maia Sandu memerintahkan penarikan tentara Rusia yang ada di negaranya. Namun perkataan pemimpin pro Uni Eropa tersebut ditolak oleh pihak Kremlin yang selama ini mengamankan wilayah konflik Transnistria tersebut.

Sebelumnya Maia Sandu telah memenangkan pemilihan umum Moldova yang digelar awal November lalu. Ia berhasil mengalahkan calon incumbent Igor Dodon yang sudah memimpin sejak empat tahun lalu, dikutip dari Reuters.

1.Maia Sandu minta Rusia menarik pasukannya dari wilayah konflik Transnistria

Sehingga pada hari Senin (30/11) ia menyerukan secara langsung untuk meminta Rusia agar menarik pasukannya yang ada di Moldova. Tentara Rusia yang ada di Moldova selama ini diterjunkan ke negara pecahan Uni Soviet tersebut untuk mengamankan konflik separatis Transnistria.

Sejak terpilih sebagai pemimpin di Moldova, Maia Sandu yang merupakan mantan staff Bank Dunia yang disebut-sebut memiliki kedekatan dengan Uni Eropa, dilansir dari BBC.

Mengutip dari Reuters, akan tetapi meskipun berhasil mengalahkan calon petahana Igor Dodon yang secara terbuka didukung oleh Rusia. Presiden Rusia Vladimir Putin langsung memberikan ucapan selamat pada Maia Sandu usai memenangkan pilpres.

2.Rusia menolak dengan dalih keamanan di Moldova

Tentara Rusia yang sedang berbaris. twitter.com/history_RF/

Atas usulan yang diutarakan oleh Maia Sandu, pihak Kremlin menolak penarikan pasukan penjaga perdamaian Rusia dari Moldova dengan dalih akan menyebabkan situasi semakin tidak stabil. Rusia melalui Juru Bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan,

“Hal ini akan menimbulkan ketidakstabilan serius di wilayah tersebut. Kami harap adanya dialog lebih lanjut mengenai permasalahan ini dan tidak adanya tindakan secara tiba-tiba”

Mengutip dari The Moscow Times, selama ini telah ada lebih dari 1000 tentara Rusia yang berjaga dengan amunisi sebesar 20 ribu metrik ton yang ada di wilayah Transnistria.

3.Inginkan keseimbangan dalam memihak Rusia dan Uni Eropa

Maia Sandu saat mengikuti pemilu di Moldova.instagram.com/maia.sandu/

Maia Sandu yang baru saja terpilih menjadi presiden di Moldova sudah menginginkan adanya keseimbangan di negara pecahan Uni Soviet tersebut dalam memihak Barat dan Rusia. Sehingga ia menginginkan pasukan Rusia (OGRF) digantikan oleh pengamat sipil di bawah kontrol OSCE. Melansir dari The Moscow Times, ia juga mengatakan apabila,

“Kami adalah negara merdeka yang tidak menginginkan adanya tentara dari luar negeri di dalam teritori kita. Ini bukan hanya sebuah deklarasi melainkan sebuah kebutuhan. Kita akan bekerjasama dengan Rusia selama permasalahan pemindahan persenjataan dan penarikan pasukannya berhasil”

Sebelumnya konflik di Transnistria sudah berlangsung sejak tahun 1990, satu tahun sebelum pecahnya Uni Soviet dan mendeklarasikan sendiri kemerdekaanya dari Moldova setelah takut apabila negaranya bergabung dengan Romania. Teritori tersebut sudah ditinggali oleh sekitar 500 ribu penduduk yang mayoritas berasal dari etnik Rusia dan hanya satu per tiga merupakan orang Moldova, dikutip dari Reuters.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team

EditorBrahm