Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Presiden Bulgaria, Rumen Radev. (facebook.com/BulgariaInSlovenia)

Jakarta, IDN Times - Presiden Bulgaria Ruman Radev, pada Rabu (13/12/2023), mengecam penghancuran monumen peninggalan Uni Soviet di Sofia. Ia bahkan menyebut aksi ini sebagai upaya penghapusan sejarah bangsa dan khawatir memicu gejolak sosial dalam masyarakat. 

Sejak pecahnya perang Rusia-Ukraina, pandangan publik Bulgaria terpecah menjadi dua, pro-Eropa dan pro-Rusia. Bahkan, Kantor Representasi Uni Eropa (UE) di Sofia sempat terdampak vandalisme oleh demonstran pro-Rusia yang menolak pengiriman senjata ke Ukraina. 

Proses penghancuran monumen Soviet tersebut sudah dilakukan sejak Selasa (12/12/2023) di tengah penjagaan ketat aparat keamanan. Ratusan warga yang menolak dan mendukung penghancuran datang melihat monumen itu untuk terakhir kalinya. 

1. Khawatir memperparah perpecahan di Bulgaria

Radev mengatakan, penghancuran monumen Soviet akan berdampak pada perpecahan yang semakin nyata di Bulgaria. Ia pun menyebut tindakan ini hanya akan menghapus ingatan sejarah bangsa Bulgaria. 

"Penghancuran monumen Soviet ini adalah tindakan barbar yang tidak hanya ditujukan untuk menghapus sejarah bangsa, tetapi juga memperparah konfrontasi sosial. Penghancuran monumen ini akan memicu penolakan terhadap monumen lainnya," ungkap Radev, dikutip BTA.

"Ini adalah serangan terhadap kenegaraan, sejarah, dan ingatan dari dulu hingga kini. Proses penghancuran ini sudah tersebar, ini akan menimbulkan perpecahan dan intoleransi di masyarakat," tambahnya. 

Ia mengingatkan bahwa pihak yang merencanakan penghancuran monumen ini berarti mempersiapkan sabotase terhadap konstitusi negara. 

2. Partai pro-Rusia berjanji akan kembalikan monumen Soviet

Editorial Team

EditorBrahm

Tonton lebih seru di