Ilustrasi pemilu. (Unsplash.com/Element5 Digital)
Dilansir Reuters, Lasso mengatakan bahwa proses pemakzulan terhadapnya memiliki motif politik dan telah memicu krisis besar yang mengancam demokrasi.
"Ini adalah keputusan demokratis, bukan hanya karena konstitusional, tetapi karena mengembalikan kekuasaan kepada rakyat Ekuador untuk menentukan masa depan mereka dalam pemilihan berikutnya," kata Lasso, menjelaskan mengapa pemilihan umum harus dipercepat.
Langkah Lasso ini disebut ketentuan "kematian dua arah" konstitusi, yang memungkinkan presiden untuk mengadakan pemilihan untuk jabatannya dan majelis dalam keadaan tertentu, termasuk jika tindakan legislatif menghalangi fungsi pemerintahan.
Berdasarkan kontutusi, Lasso akan tetap menjabat dan memerintah dengan keputusan. Pengadilan pemilu harus memutuskan tanggal pemilu baru dalam waktu tujuh hari sejak pembubaran majelis, yang kemudian harus dilaksanakan dalam waktu 90 hari.
Mereka yang terpilih untuk berkuasa dalam pemilihan awal akan menjabat hingga pemilihan 2025 yang dijadwalkan secara rutin berlangsung. Lasso masih dapat mencalonkan diri dalam pemilihan.