Presiden berusia 66 tahun itu, nantinya juga akan meminta bantuan dari sekutunya, yakni Amerika Serikat dan Kolombia untuk melawan kartel narkoba yang beroperasi bebas di negaranya sebelum ia menjabat sebagai presiden pada Mei lalu.
Presiden Lasso juga sudah menunjuk Jenderal Orlando Fabian Fuel sebagai Panglima Tentara Ekuador dan Luis Burbano sebagai kepala SNAI pada Minggu. Keputusan ini menyusul mundurnya Admiral Jorge Cabrera dan Bolívar Garzón sebagai kepala sebelumnya, dikutip dari Reuters.
Insight Crime mengungkapkan, aksi kekerasan dalam tahanan ini dilatarbelakangi perang sipil antara geng kriminal Choneros, yang mana merupakan geng penyelundup narkoba di Ekuador, dengan lawan-lawannya, meliputi geng Lobos, Tiguerones, Chone Killer dan Lagartos.
Namun, konflik semakin parah lantaran adanya campur tangan kartel Meksiko, yakni Kartel Sinaloa yang memihak Choneros. Sedangkan Cartel Jalisco Nueva Generacion (CJNG) membela beberapa rivalnya.
Di sisi lain, Ekuador merupakan negara yang terletak di antara produsen kokain terbesar di dunia, yakni Kolombia dan Peru. Kestrategisan Ekuador membuatnya sebagai lokasi transit populer bagi penyelundupan narkoba lantaran memiliki perbatasan yang mudah dimasuki ditambah adanya pelabuhan besar.
Sampai saat ini, Ekuador sudah memiliki 1.500 penjaga tahanan untuk mengawasi narapidana yang berjumlah sekitar 39 ribu. Para ahli memercayai setidaknya dibutuhkan 3.000 penjaga untuk meredakan krisis keamanan dalam penjara. Maraknya aksi korupsi juga berdampak mudahnya tahanan mendapatkan persenjataan, dilansir dari DW.