Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Potret Presiden Iran, Ebrahim Raisi (twitter.com/Iran_GOV)

Jakarta, IDN Times - Presiden Iran, Ebrahim Raisi, mendesak Amerika Serikat (AS) mewujudkan kembali kesepakatan program nuklir tahun 2015 dengan negaranya. Hal ini disampaikan di sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNGA) di New York, pada Selasa (19/9/2023).

Dilansir Associated Press, Raisi mengatakan bahwa mundurnya AS dari kesepakatan itu menginjak-injak komitmennya tersendiri. Langkah ini dinilai sebagai tanggapan yang tidak pantas terhadap pemenuhan komitmen Iran.

1. Raisi sebut tidak ada senjata nuklir dalam doktrin militer Iran

Di bawah kepemimpinan Presiden Donald Trump, AS keluar dari perjanjian tersebut secara sepihak dan menjatuhkan sanksi untuk Iran pada tahun 2018. Perjanjian sempat ingin dihidupkan kembali tetapi gagal pada Agustus 2022.

Sebelumnya, Iran membantah tudingan soal membuat senjata nuklir dalam program nuklirnya dan misinya diklaim untuk tujuan damai. Kemudian di sidang majelis, Raisi mengatakan bahwa senjata nuklir tidak dicantumkan dalam doktrin pertahanan dan doktrin militer Iran.

Pada Senin, kepala badan pengawas nuklir PBB Rafael Grossi mengatakan, Iran telah mencabut banyak kamera pengawas dan sistem pemantauan elektronik yang dipasang IAEA. 

Grossi berujar, ia diminta bertemu Raisi untuk membahas terkait beberapa inspektur Badan Energi Atom Internasional (IAEA) yang dilarang memantau program nuklir Iran.

2. Iran didesak pertimbangkan aturan yang larang petugas IAEA awasi program nuklir

Editorial Team

Tonton lebih seru di