Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
default-image.png
Default Image IDN

Jakarta, IDN Times – Presiden Israel Reuven Rivlin berencana untuk mengumumkan kandidat perdana menteri baru negara itu pada Selasa (6/4/2021). Langkah itu diambil untuk memungkinkan pilihannya membentuk pemerintahan di tengah gejolak politik yang terjadi di negara tersebut.

Menurut Channel News Asia, siapapun kandidat yang dipilih akan punya kesempatan selama 28 hari untuk mencoba membentuk koalisi dan dapat meminta perpanjangan dua minggu kepada Rivlin. Namun Rivlin juga akan memiliki pilihan untuk menyerahkan tugas pembentukan koalisi kepada orang lain jika pemerintahan gagal terbentuk.

1. Terjadi setelah pemilu keempat dalam dua tahun ini

Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu (www.twitter.com/@netanyahu)

Rencana mengumumkan kandidat untuk memungkinakn membentuk pemerintahan baru itu terjadi setelah Israel mengadakan pemilihan umum (pemilu) keempatnya dalam dua tahun pada 23 Maret lalu. Di mana tidak ada satu pun pihak yang memenangkan pemilu tersebut.

Hasil ini mendorong Rivlin untuk mengadakan diskusi dengan partai-partai politik yang menduduki kursi di badan legislatif untuk menentukan siapa yang akan menjadi perdana menteri Israel selanjutnya.

Dalam diskusi tersebut hasil menunjukkan bahwa Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menjadi favorit dengan dukungan terbanyak, yaitu menerima rekomendasi dari 52 anggota parlemen dari 120 anggota Knesset.

Sementara itu, politisi sentris dan mantan Menteri Keuangan Yair Lapid dari partai Yesh Atid memperoleh 45 dukungan dan mantan Menteri Pertahanan Naftali Bennett dari partai sayap kanan Yamina mendapat tujuh dukungan.

Tiga partai, dengan total 16 kursi parlemen, menolak rencana Rivlin untuk mencalonkan kandidat mana pun.

2. Kasus korupsi Netanyahu

Warga Israel melakukan protes terhadap Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu atas dugaan korupsi dan cara pemerintahannya mengatasi krisis penyakit virus korona (COVID-19), di dekat kediamannnya di Yerusalem, Sabtu (25/7/2020). ANTARA FOTO/REUTERS/Ronen Zvulun

Sayangnya, posisi Netanyahu saat ini tidak begitu memungkinkan untuk menjadi perdana menteri Israel karena dirinya sedang dihadapkan pada berbagai masalah, termasuk kasus korupsi yang telah menyeretnya ke pengadilan. Di sisi lain, pemilu yang baru dilaksanakan juga dianggap banyak pihak tidak meyakinkan.

Sebagaimana dilaporkan South China Morning Post, pada Senin (5/4/2021), Netanyahu menghadap ke pengadilan untuk menjalankan persidangan korupsinya. Ia menjadi perdana menteri pertama Israel yang didakwa saat menjabat.

Perintah untuk menghadap langsung ke Pengadilan Distrik Yerusalem dikirimkan ke Netanyahu untuk membahas mengenai kasus di mana ia didakwa dengan penyuapan, penipuan dan pelanggaran kepercayaan.

Netanyahu, yang mengklaim dirinya menang di pemilu, telah membantah tuduhan tersebut. Ia bahkan mengatakan apa yang sedang terjadi di Israel saat ini adalah upaya kudeta untuk melengserkannya.

“Seperti inilah upaya kudeta,” kata perdana menteri berusia 71 tahun itu dalam pernyataan yang disiarkan televisi secara nasional.

3. Netanyahu bisa tetap jadi kandidat

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. ANTARA FOTO/REUTERS/Francois Lenoir

Meski Netanyahu sedang dihadapi banyak masalah, Rivlin mengatakan hal itu tidak menutup kemungkinan untuk Netanyahu tetap dipilih menjadi kandidat.

“Pertimbangan etis bisa turut bermain,” katanya pada Senin, merujuk pada tiga kasus korupsi yang melibatkan Netanyahu.

Editorial Team