Di samping pendukungnya, terdapat sekitar 200 pendemo yang menolak kehadiran Bolsonaro di Anguillara Veneta. Mereka melakukan long march dengan membawa spanduk yang bertuliskan, "keadilan untuk Amazon" dan "tidak ada status penduduk bagi diktator."
Snggota dewan Veneto yang berfokus pada lingkungan, Andrea Zanoni, ikut dalam demonstrasi tersebut. Zanoni juga berucap bahwa pemberian status penduduk adalah keputusan yang tidak dapat dipahami. Pasalnya, Bolsonaro dianggap melakukan pelanggaran HAM atas kelalaiannya dalam menangani pandemik di Brasil, dikutip dari laman The Guardian.
Dewan Kota, Antonio Spada, juga mengatakan, "tidak apa-apa baginya untuk berkunjung ke tempat di mana keluarganya berasal. Namun, tidak baginya untuk menjadi seorang panutan dan memberikannya status kependudukan."
Sementara itu, Wali Kota Alessandra Buoso yang berasal dari partai sayap kanan itu mendukung Bolsonaro dan mengecam demonstrasi yang berujung aksi vandalisme.
Ia juga membela keputusannya bukan untuk memberikan suara kepada Bolsonaro. Akan tetapi, ini sebagai bentuk pengakuan warga Italia yang bermigrasi ke Brasil, seperti halnya kakek buyut Bolsonaro yang bernama Vittorio bersama 10 anggota keluarganya.
Di sisi lain, berdasarkan laporan dari sebuah media massa Italia, disebutkan bahwa penyambutan Bolsonaro di kota kecil itu menghabiskan dana sebesar 10 ribu euro atau sekitar Rp166 juta.