Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Presiden Korea Selatan (Korsel) Lee Jae Myung. (x.com/대한민국 대통령실)
Presiden Korea Selatan (Korsel) Lee Jae Myung. (x.com/대한민국 대통령실)

Intinya sih...

  • Presiden Korsel Lee Jae Myung berharap untuk memulai kembali pembicaraan dengan Korut

  • Militer Korsel membongkar pengeras suara di zona demiliterisasi, sementara Korut juga mencopot beberapa pengeras suaranya

  • Pencopotan pengeras suara dianggap sebagai tanda positif untuk menurunkan ketegangan militer antara kedua negara

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Presiden Korea Selatan (Korsel) Lee Jae Myung telah menyatakan harapan untuk dimulainya kembali pembicaraan dengan Korea Utara (Korut). Lee mengatakan bahwa pihaknya baru-baru ini membongkar beberapa pengeras suara Korsel di sepanjang zona demiliterisasi, yang memicu tanggapan serupa dari Korut.

"Saya memahami bahwa Korut juga telah mencopot beberapa pengeras suaranya, meskipun saya tidak yakin apakah sudah tuntas," kata Lee dalam rapat kabinet pada Selasa (12/8/2025).

"Saya berharap langkah-langkah timbal balik seperti itu, secara bertahap akan mengarah pada dialog dan komunikasi antar kedua Korea," sambungnya, dikutip dari Yonhap.

1. Komitmen pemerintahan Presiden Lee terhadap Korut

Lee mengatakan hubungan antar Korea akan beralih dari hubungan yang saling merugikan, menjadi hubungan yang saling menguntungkan. Meski demikian, Pyongyang belum menunjukkan tanda-tanda akan melanjutkan perundingan dengan Seoul.

Lee telah menyatakan komitmennya pada hubungan antar Korea sebagai bagian utama agendanya. Pada Juni, ia telah memerintahkan penghentian siaran pengeras suara anti-Pyongyang dan kampanye selebaran untuk mengurangi ketegangan dan membangun kembali kepercayaan.

Dalam waktu kurang dari dua bulan, militer Korsel telah membongkar sekitar 20 pengeras suara tetap yang terpasang di area garis depan perbatasan.

2. Korut copot pengeras suara di sepanjang perbatasan antar Korea

Pada 9 Agustus 2025, militer Korsel mengatakan bahwa Korut telah mulai menyingkirkan beberapa pengeras suara yang digunakan untuk menyiarkan propaganda melintasi perbatasan antara kedua negara.

Namun, Seoul mengatakan bahwa pihaknya masih harus mengonfirmasi apakah perangkat tersebut disingkirkan di semua wilayah. Pihaknya akan terus memantau aktivitas terkait.

Warga yang tinggal di sepanjang perbatasan mengeluh karena kehidupan mereka terganggu oleh kebisingan yang datang dari kedua sisi, bahkan terkadang di tengah malam. Dilaporkan, siaran Korsel sering menampilkan lagu-lagu K-pop dan laporan berita, sementara Korut memutar suara-suara yang mengganggu, seperti binatang yang melolong, dilansir BBC.

3. Bagaimana masa depan hubungan Korut-Korsel?

Ilustrasi bendera Korea Utara (kiri) dan bendera Korea Selatan (kanan). (pixabay.com/www_slon_pics)

Beberapa pakar memandang pencopotan pengeras suara secara timbal balik sebagai tanda positif dari keinginan bersama untuk menurunkan ketegangan militer. Di sisi lain, pihak lain memperingatkan bahwa hal ini tidak serta merta berarti pemulihan penuh saluran komunikasi atau perubahan signifikan dalam kebijakan Pyongyang.

Sikap resmi Korut, sebagaimana yang diungkapkan oleh adik perempuan pemimpin Kim Jong Un, Kim Yo Jong, adalah mereka tidak tertarik untuk berdialog dengan Korsel.

Hubungan antara Korea memburuk di bawah pemerintahan Presiden Korsel Yoon Suk Yeol. Selama menjabat, ia bersikap lebih agresif terhadap Pyongyang. Secara teknis, Korsel dan Korut masih berperang sejak Perang Korea berakhir pada 1953, tanpa perjanjian damai.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team