Jakarta, IDN Times - Presiden Prancis Emmanuel Macron menolak menunjuk perdana menteri dari koalisi sayap kiri New Popular Front (NPF) yang memenangkan kursi terbanyak di parlemen. Keputusan pada Senin (26/8/2024) ini memicu kemarahan dan ancaman pemakzulan dari kubu kiri.
Situasi ini semakin memperparah krisis politik berkepanjangan di Prancis sejak pemilihan umum Juli lalu. Macron beralasan bahwa pemerintahan yang dibentuk NPF akan langsung menghadapi mosi tidak percaya dan runtuh.
"Tanggung jawab saya adalah memastikan negara tidak terblokir atau melemah," ujar Macron dalam sebuah pernyataan, dilansir dari The Guardian.
Penolakan Macron ini terjadi setelah dua hari melakukan konsultasi dengan para pemimpin partai dan parlemen. Konsultasi dilakukan untuk mencari jalan keluar dari kebuntuan politik.