Ilustrasi bendera Republik Demokratik Kongo. (Pixabay.com/OpenClipart-Vectors)
Melansir The Citizen, dalam beberapa bulan terakhir terjadi pertempuran sengit antara pasukan RD Kongo dengan kelompok pemberontak M23.
Kelompok itu sebagian besar anggotanya merupakan milisi etnis Tutsi Kongo, yang pertama kali menjadi terkenal 10 tahun lalu ketika merebut Goma pada 2012.
Namun, M23 kembali memulai pemberontakan pada akhir tahun lalu, mengklaim RD Kongo gagal memenuhi janji untuk mengintegrasikan pejuangnya ke dalam tentara.
Pertempuran dengan M23 juga memicu ketegangan dengan Rwanda, karena RD Kongo menuduh tetangannya itu mendukung M23. Tuduhan itu didukung oleh pakar Perserikatan Bangsa-Bangsa, Amerika Serikat, Prancis, dan Belgia. Namun, Rwanda membantahnya.
Saat ini, M23 dilaporkan telah menaklukkan sebagian besar wilayah dari tentara RD Kongo dan milisi sekutu dan maju menuju Goma.
M23 pada pekan lalu menyerahkan kota strategis Kibumba ke pasukan militer regional, setelah tekanan internasional yang kuat untuk menghentikan pertempuran. Penyerahan itu menjadi itikad baik yang dilakukan untuk perdamaian.
Namun, tentara RD Kongo menganggap penarikan itu sebagai "palsu" karena M23 memiliki tujuan untuk memperkuat posisinya di tempat lain.