Jakarta, IDN Times - Presiden Amerika Serikat, Donald J. Trump kembali menyampaikan pernyataan kontroversial terkait COVID-19. Dalam pidato peringatan hari kemerdekaan ke-244, Trump mengaku rezim pemerintahannya sudah melakukan tes terhadap 40 juta warga AS.
"Dengan melakukan itu, kami menemukan bahwa 99 persen kasus di antaranya tidak berbahaya," ungkap Trump yang dilansir dari harian New York Times, Minggu, 5 Juli 2020.
Pernyataan Trump itu jelas tidak masuk akal, apalagi angka kematian di Negeri Paman Sam akibat COVID-19 telah menembus angka 130 ribu. Data dari situs World O Meter menunjukkan sekitar 2,8 juta warga AS sudah terpapar COVID-19. Menurut pejabat berwenang di AS angka infeksi yang sesungguhnya diprediksi 10 kali lebih banyak dibandingkan yang tercatat.
Presiden Trump mungkin merujuk ke data Pusat Pencegahan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (CDC) pada pekan ini yang menunjukkan tingkat warga yang dirawat di rumah sakit 102,5 per 100 ribu. Tetapi, dampak jangka panjang dari pandemik ini masih belum diketahui.
Pernyataan Trump itu kemudian dibantah oleh Kepala Badan Pengendalian Obat-Obatan (FDA) AS, Stephen Hahn. Dalam program wawancara di stasiun berita CNN, Hahn tidak mendukung pernyataan Trump tersebut. Tetapi, ia juga tak membantahnya.
"Kami tahu kasus (COVID-19) terus naik. Jalan keluar bagi semua warga Amerika yakni dengan mengikuti panduan CDC dan gugus tugas Gedung Putih," ungkap Hahn di program tersebut.
Lalu, bagaimana kondisi pandemik COVID-19 sesungguhnya di AS kini?