Ilustrasi bendera Korea Selatan. (pexels.com/byunghyun lee)
Tahun lalu, serangan seperti penikaman massal yang terjadi secara acak kerap terjadi Korsel. Hal ini meningkatkan kecemasan masyarakat di negara itu, di mana tindakan kekerasan di depan umum jarang terjadi.
Namun, pada awal tahun ini, telah terjadi dua kekerasan politik di Negeri Ginseng. Terbaru adalah insiden penyerangan terhadap anggota parlemen Partai Kekuatan Rakyat, Bae Hyun-jin, pada 25 Januari. Dia dipukul beberapa kali di kepala dengan benda tumpul oleh seorang remaja.
Bae dibawa ke Rumah Sakit Universitas Soon Chun Hyang dengan kepala berdarah, namun cederanya diyakini tidak mengancam jiwa. Dokter menjelaskan, Bae dalam keadaan sadar saat tiba di rumah sakit dan tidak ada tanda-tanda gegar otak.
Pada 2 Januari, pemimpin oposisi Partai Demokrat Korsel, Lee Jae-myung, ditikam di bagian leher setelah mengunjungi lokasi pembangunan bandara baru di Gadeokdo, Busan, beberapa bulan menjelang pemilihan parlemen nasional.
Dia meninggalkan rumah sakit pada 10 Januari, setelah menjalani operasi untuk rekonstruksi pembuluh darah dan pengangkatan bekuan darah di lehernya. Pelaku berpura-pura menjadi seorang pendukung dan mendekati dengan meminta tanda tangan Lee sebelum menikamnya.