Melansir dari The Guardian, laporan tersebut menyatakan Pfizer-BioNTech sejauh ini sembilan kali lebih banyak mengirimkan vaksin ke Swedia daripada gabungan ke semua negara miskin. BioNTech memberitahu Amnesty mengenai keinginan mereka memberikan 2 miliar dosis ke negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah pada 2021 dan 2022.
Pfizer dan BioNTech mengalami kenaikan tinggi dalam pendapatan di tahun 2021 dibandingkan tahun lalu, karena menjual vaksin COVID-19 dengan harga tinggi. Albert Bourla CEO Pfizer telah mengirimkan surat kepada Amnesty, dia menyampaikan perusahaannya memiliki prinsip penetapan harga yang konsisten dengan komitmen terhadap hak kesehatan.
Moderna dilaporkan tidak akan membagikan sebagian besar vaksin ke program COVAX sesuai yang dijanjikan. Menurut keterangan perusahaan itu ke Amnesty, menjajikan akan memasok hingga 500 juta dosis vaksin ke COVAX, termasuk 34 juta dosis awal pada akhir tahun ini.
Laporan Amnesty menunjukkan Moderna meraih pendapatan sebesar 4,4 miliar dolar AS (Rp62,7 triliun) pada kuartal kedua 2021, meningkat tinggi dibandingkan periode sebelumnya. Laporan tersebut mengatakan Pfizer, BioNTech, dan Moderna, jika pendapatan ketiganya digabungkan, maka pada akhir tahun 2022 diperkirakan akan menghasilkan 130 miliar dolar AS (Rp1,8 kuadriliun).
Johnson & Johnson dilaporkan telah menjalin 12 kemitraan dengan manufaktur dan pasokan di empat benua untuk menyediakan pasokan vaksin global. Novavax mengatakan akan memastikan akses vaksin yang adil dan akan menyalurkan dua pertiga dari pasokan produksinya ke COVAX.
AstraZeneca, yang menjual vaksinnya dengan harga murah, saat ini telah membagikan sebagian besar pasokannya ke COVAX, tapi menurut laporan itu AstraZeneca tidak ingin membagikan teknologinya secara lebih luas.